Ilustrasi dari parenting.firstcry.com

Membiasakan Anak Mengasah Kemampuan Problem Solving

Kolom Mahasiswa

Heppy Dwi Khoirun Nisak*

Salah satu ranah perkembangan yang tentu harus dikuasai oleh seorang guru maupun orang tua adalah perkembangan kognitif anak. Gardner menyebut kognitif sebagai suau pemikiran yang digunakan dengan sngat cepat tepat dalam mengatasi situasi dan kondisi dalam memecahkan suatu masalah baik masalah sederhana maupun masalah yang sangat kompleks yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari (Susanto, 2011).

Melalui perkembangan kognitif ini sangat berguna bagi anak dalam mengajarkan mendapatkan serta mengimplementasikan bentuk representasi yang mewakili objek yang dihadapinya. Menurut Winkel terdapat dua kegiatan dalam belajar kognitif diantaranya yakni mengingat dan berpikir yang mana dengan kedua kegiatan inilah merupakan sebuah awal sang anak dalam mempelajari, mengingat, berpikir sehingga mendapatkan sebuah konsep. Terdapat salah satu konsep pembelajaran yang dapat meningkatkan tingkat kemampuan kognitfi anak yakni pembelajaran dengan basis pemecahan masalah (problem solving).

Secara bahasa problem solving berasal dari dua kata yaitu problem dan solves. Makna bahasa dari problem yaitu “a thing that is difficult to deal with or understand” (suatu hal yang sulit untuk melakukannya atau memahaminya), dapat jika diartikan “a question to be answered or solved” atau  pertanyaan yang butuh jawaban atau jalan keluar), sedangkan solve dapat diartikan “to find an answer to problem” atau mencari jawaban suatu masalah (Hornby, 1995). Menurut Mulyasa, problem solving adalah suatu pendekatan pengajaran menghadapkan pada peserta didik permasalahan sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan permasalahan, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi pembelajaran (Mulyasa, 2004). Dari yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa problem solving merupakan suatu cara dalam menyelesaikan suatu masalah  yang mana dalam penyelesaiannya tentu dengan cara dan trik yang berbeda.

Pembelajaran dengan problem solving ini dimaksud agar siswa dapat menggunakan pemikiran (rasio) seluas-luasnya sampai titik maksimal dari daya tangkapnya, sehingga siswa terlatih  untuk  terus  berpikir  dengan  menggunakan  kemampuan  berpikirnya.  Pada  umumnya siswa yang berpikir rasional akan menggunakan prinsip-prinsip dan dasardasar pengertian dalam menjawab pertanyaan dan masalah. Dalam berpikir rasional siswa dituntut menggunakan logika untuk  menentukan  sebab akibat,  menganalisa,  menarik  kesimpulan, dan  bahkan menciptakan hukum yang secara teoritis.

Menurut Beaty & Wortham dalam (Syaodih, 2018) yang dikutip oleh Dina Lestari menyatakan bahwa kemampuan memecahkan masalah pada anak usia dini merupakan suatu kemampuan anak untuk menggunakan pengalamannya dalam merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, membuat keputusan tentang hipotesis, dan merumuskan kesimpulan tentang informasi yang diperoleh dalam proses ilmiah. Selanjutnya menurut Brewer menyatakan bahwa pemecahan masalah pada anak usia dini meliputi keterampilan, melakukan observasi, mengelompokkan, membandingkan, mengukur, mengkomunikasikan,  melakukan  eskperimen,  menghubungkan,  menyimpulkan  dan menggunakan informasi. Pemecahan masalah juga merupakan proses suatu penemuan langkah- langkah untuk mengatasi kesenjangan yang lalu untuk proses pemecahan masalah anak melakukan suatu kegiatan dalam menerapkan konsep-konsep dan aturan-aturan yang diperoleh sebelumnya (Lestari, 2020).

Anak sangat penting dibekali kemampuan problem solving dalam kehidupan sehari- harinya. Karena, dengan adanya problem solving ini sangat bermanfaat dan bertujuan untuk membantu anak dalam mengatasi persoalan-persoalan dengan baik ketika menghadapi suatu permasalahan dalam kehidupannya seperti masalah berebut mainan dengan teman sebaya, kesulitan memahami aturan bermain dan lain-lain.

Kita semua tahu bahwa keingintahuan anak termasuk kedalam level atau tahap yang tinggi terhadap lingkungannya. Anak memperoleh pengalaman belajar yang bermakna melalui bermain, melakukan percobaan, menemukan, dan melalui interaksi sosial. Melalui kemampuan mengasah anak dalam problem solving ini membuat anak terhindar dari ke tergesa-gesaan dalam hal apapun, contohnya dalam pengambilan suatu keputusan.

Kemampuan pemecahan masalah anak usia dini menggunakan kemampuan untuk menggunakan pengalamannya dalam merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, membuat keputusan tentang hipotesis. Kemampuan kognitif anak juga dapat diamati dari aktivitas mental (otak) untuk memperoleh pengetahuan yang didapat dari pengalamannya sendiri. Pengaturan aktivitas mental  dengan  menggunakan  kaidah  dan  konsep  yang  telah  dimiliki  anak  yang kemudian direpresentasikan melalui tanggapan, gagasan, atau lambang. Anak yang dapat memecahkan masalah sendiri menunjukkan bahwa kemampuan kognitif dalam berpikir dan berkreatifitas, sehingga perkembangan anak menjadi sangat baik. Dari sinilah dapat disimpulkan  bahwa  melatih  anak  untuk  dapat  menyelesaikan  masalahnya sendiri tanpa bantuan orang lain.ini sangatlah penting.  Hal ini  juga  dapat  dilakukan  dengan  cara  menyenangkan tanpa memberikan beban pada anak.

*Mahasiswa PIPS FITK UIN Malang Angkatan 2020