Bagi Anak, Bermain Adalah Kebutuhan

Rikza Azharona Susanti

Tidak ada batasan kapan anak boleh atau tidak boleh bermain. Selagi ada kesempatan, orang tua harusnya memberikannya. Itulah peluang terbaik untuk menstimulasi berbagai aspek perkembangan anak.

“Seringnya aku dilarang melalukan banyak hal oleh ayah bunda karena menyentuh tanah lalu mencampurnya dengan air. Aku juga tidak boleh membongkar legoku karena berserakan di lantai. Sesekali aku dibentak sebab melompat dari kasur ke lantai. Aku sungguh tak mengerti, mengapa orang dewasa sering memarahiku lalu mengomel panjang” gumam Zahra sembari menangis.

Barangkali memang tidak semua orangtua memahami kebutuhan anaknya. Beberapa orangtua hanya memahami kebutuhan anak sekedar makan, pakaian bagus, rumah nyaman dan rapih atau mungkin perhatian dan kasih sayang. Namun ada yang tidak orangtua sadari bahwa anaknya membutuhkan bermain untuk memperoleh kesenangan, mengekspresikan emosinya, meluapkan energi yang berlebih dan menjadi kebutuhan utamanya, iya,  dunia bermain.

Kesempatan bermain bagi anak memiliki banyak manfaat. Pentingnya bermain bagi anak usia dini akan memberikan dampak terhadap perkembangan fisik dan mental anak. Tak hanya itu, dengan bermain anak sedang belajar menyelesaikan masalah. Keahlian dalam menghadapi masalah dan menyelesaikan masalah ini termasuk keterampilan dasar hidup yang perlu dimiliki anak, bahkan akan dibawanya hingga usia dewasa. Sehingga dengan begitu, kitapun sedang membiasakan anak untuk menyelesaikan masalah bukan menghindarinya, agar terbentuk kepribadian tangguh/tidak mudah putus ada dan pantang menyerah serta bertanggung jawab. Vigotsky (1978) meyakini bermain dapat mengarahkan perkembangan anak, semisal dengan bermain simbolik anak dapat merepresentasi suatu peran dalam kegiatan bermain sosiodrama.

Lalu, apa yang perlu diketahui orang tua agar nilai-nilai positif bermain tersebut dapat diterapkan?

Selain mengetahui kebutuhan dasar anak, baiknya orang tua juga memahami perkembangan bermain anak.  Adapun perkembangan bermain anak menurut Hurlock diantaranya: Tahap Eksplorasi yang terjadi mulai usia 3 bulan di mana anak mengoptimalkan kemampuan indera penglihatan lalu meraih benda di sekitarnya. Tahap mainan, terjadi pada usia 5-6 tahun dengan memanfaatkan media untuk bermain seperti mobil-mobilan atau boneka sembari bercakap-cakap dengan mainan tersebut. Tahap bermain yang terjadi pada masa sekolah dasar di usia sekitar 7-12 tahun dengan ciri bermain game atau bermain dengan ciri olahraga sebagai hobi. Dan terakhir tahap melamun dimulai saat anak mendekati masa pubertas, seringnya anak menghabiskan waktu untuk melamun atau menghayal. Dengan memahami perkembangan bermain tersebut dapat memudahkan orang tua memahami kebutuhan bermain dan menstimulus perkembangan anak.

Ada beberapa kegiatan bermain yang dapat dilakukan anak, sebagai guna memberikan rangsangan terhadap aspek perkembangan anak yaitu Bahasa, Kognitif, fisik Motorik, Moral agama dan Sosial Emosional. Dikemukakan oleh Mutiah bahwa ada beberapa jenis bermain diantaranya: 1. Bermain Sosial, kegiatan bersama teman-teman; 2. Bermain dengan benda yaitu anak melalukan kegiatan bermain dengan mengeksplorasi objek/benda; 3. Bermain sosiodramatis yang memiliki beberapa elemen seperti bermain dengan melakukan imitasi (menirukan), bermain pura-pura, bermain peran dengan menirukan gerakan dan persisten (menekuni kegiatan bermain selama 10 menit).

Selain jenis bermain, ada beberapa jenis permainan yang juga dirangkum oleh Mutiah, diantaranya adalah: 1) Permainan Sensorimotor yaitu permainan yang dilakukan untuk melatih sensori motor; 2) Permainan praktis yang melibatkan pengulangan perilaku keterampilan baru yang sedang anak pelajari; 3) permainan pura-pura yang terjadi saat anak mentransformasikan lingkungan fisik ke dalam suatu simbol; 4) Permainan sosial ketika anak melibatkan interaksi dengan teman sebaya; 5) Permainan Fungsional yaitu permainan yang dilakukan berulang-ulang saat anak berada di lingkungannya; 6) Permainan kostruktif terjadi saat anak membuat suatu kreasi atau karya; 7) Permainan berkelompok atau game yang terjadi saat anak sudah memiliki motivasi untuk bersaing dengan adanya peraturan dalam suatu aktivitas.

Tidak ada batasan kapan anak boleh atau tidak boleh bermain, selagi ada kesempatan untuk bermain, kita tetap memberikan peluang untuk menstimulasi aspek perkembangan anak. Dengan begitu, datang pula beribu kesempatan sukses bagi anak.

Setelah mengetahui pentingnya bermain, masih enggankah mengizinkan anak bermain?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *