- Tahap Praoperasional, Bahasa dan Kemajuan Logika Anak - Maret 7, 2023
- Kepastian Hidup Itu Bernama Stres - Februari 22, 2023
- Tahap Sensorimotor dan Pentingnya Konsep Ketetapan Objek Piaget - November 4, 2022
Ketika anak-anak berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka, mereka terus menambah pengetahuan baru, membangun pengetahuan yang sudah ada, dan mengadaptasi ide-ide yang dipegang sebelumnya untuk mengakomodasi informasi baru.
Fokus teori perkembangan kognitif Jean Piaget tidak hanya pada pemahaman bagaimana anak memperoleh pengetahuan, tetapi juga pada pemahaman sifat kecerdasan. Teori tahapan perkembangan kognitif Piaget menggambarkan perkembangan kognitif anak. Perkembangan kognitif melibatkan perubahan dalam proses dan kemampuan kognitif. Dalam pandangan Piaget, perkembangan kognitif awal melibatkan proses berdasarkan tindakan dan kemudian berkembang menjadi perubahan dalam operasi mental.
Piaget menyebut anak-anak bergerak melalui empat tahap belajar yang berbeda, yaitu: (1) tahap sensorimotor (sensorimotor stage) yang disebutnya dimulai saat kelahiran sampai kira-kira usai 2 tahun, (2) tahap praoperasional (preoperational stage), dimuali mulai usia 2 hingga 7 tahun; (3) tahap operasional konkret (concrete operational stage) pada usia 7 hingga 11 tahun dan yang terakhir (4) tahap operasional formal (formal operational stage) disebutnya dimulai setelah usia 12 tahun. Seri tulisan kali ini akan membahas tahapan pertama perkembangan kognitif Piaget.
Piaget percaya bahwa anak-anak mengambil peran aktif dalam proses belajar, bertindak seperti ilmuwan kecil saat mereka melakukan eksperimen, melakukan pengamatan, dan belajar tentang dunia. Ketika anak-anak berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka, mereka terus menambah pengetahuan baru, membangun pengetahuan yang sudah ada, dan mengadaptasi ide-ide yang dipegang sebelumnya untuk mengakomodasi informasi baru. Untuk memahami lebih detail, bacalah seri tulisan sebelumnya.
Tahapan Sensorimotor
Tahap sensorimotor adalah yang paling awal dalam teori perkembangan kognitif Piaget. Dia menggambarkan periode ini sebagai masa pertumbuhan dan perubahan yang luar biasa. Selama fase awal perkembangan ini, anak-anak memanfaatkan keterampilan dan kemampuan yang mereka miliki sejak lahir (seperti melihat, mengisap, menggenggam, dan mendengarkan) untuk belajar lebih banyak tentang lingkungan. Dengan kata lain, mereka mengalami dunia dan memperoleh pengetahuan melalui indera dan gerakan motorik mereka. Melalui percobaan (trial-and-error), anak-anak menemukan lebih banyak tentang dunia di sekitar mereka.
Sebutan sensorimotor digunakan oleh Piaget karena melalui indera dan kemampuan motoriknya, bayi memperoleh pemahaman dasar tentang dunia di sekitarnya
Piaget memilih untuk menyebut tahap ini sebagai tahap ‘sensorimotor’ karena melalui indera dan kemampuan motoriknya, bayi memperoleh pemahaman dasar tentang dunia di sekitarnya. Kemampuan yang dimiliki bayi sejak lahir—penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan sentuhan—dikombinasikan dengan kemampuan fisik yang terus berkembang—termasuk sentuhan, genggaman, dan pengecapan—memungkinkan bayi berinteraksi dan membangun kesadaran akan dirinya sendiri dan apa yang ada di sekitarnya. Ketika anak-anak berinteraksi dengan lingkungannya, mereka mengalami pertumbuhan kognitif yang menakjubkan dalam waktu yang relatif singkat—tahap sensorimotor berlangsung sejak lahir hingga kira-kira usia 2 tahun.
Seperti yang dapat dibuktikan oleh orang tua atau pengasuh mana pun, banyak pembelajaran dan perkembangan terjadi selama dua tahun pertama kehidupan seorang anak. Tahap sensorimotor kemudian dibagi menjadi enam sub-tahap terpisah yang ditandai dengan pengembangan keterampilan baru pada setiap tahapannya.
- Reflek (reflexes) yang terjadi pada satu bulan awal kelahiran. Selama subtahap ini, anak memahami lingkungan murni melalui refleks bawaan seperti mengisap dan melihat. Terdapat beberapa reflek bawaan, diantaranya:
- Reaksi sirkuler primer (primary circular reactions) yang terjadi pada usia 1-4 bulan. Subtahap ini melibatkan koordinasi sensasi dan skema baru. Misalnya, seorang anak mungkin secara tidak sengaja mengisap ibu jarinya dan kemudian dengan sengaja mengulangi tindakan tersebut. Tindakan ini diulangi karena bayi menganggapnya menyenangkan.
- Reaksi sirkuler sekunder (secondary circular reactions) terjadi pada usia 4-8 bulan. Selama subtahap ini, anak menjadi lebih fokus pada dunia dan mulai dengan sengaja mengulangi suatu tindakan untuk memicu respons di lingkungan. Misalnya, seorang anak akan dengan sengaja mengambil mainan untuk dimasukkan ke dalam mulutnya.
- Koordinasi reaksi (coordination of reactions) terjadi pada usia 8-12 bulan. Selama subtahap ini, anak mulai menunjukkan tindakan yang disengaja dengan jelas. Anak juga dapat menggabungkan skema untuk mencapai efek yang diinginkan. Anak-anak mulai menjelajahi lingkungan sekitar mereka dan akan sering meniru perilaku yang diamati dari orang lain. Pemahaman objek (understanding of objects) juga dimulai selama waktu ini dan anak-anak mulai mengenali objek tertentu memiliki kualitas tertentu. Misalnya, seorang anak mungkin menyadari bahwa mainan akan mengeluarkan suara ketika diguncang.
- Reaksi sirkuler tersier (tertiary circular reactions) terjadi pada usia 12-18 bulan. Anak-anak memulai periode eksperimen coba-coba selama subtahap kelima. Misalnya, seorang anak mungkin mencoba suara atau tindakan yang berbeda sebagai cara untuk mendapatkan perhatian dari pengasuh.
- Pemikiran representasi awal (early representational thought) terjadi pada usia 18-24 bulan. Anak-anak mulai mengembangkan simbol untuk mewakili peristiwa atau objek di dunia dalam subtahap sensorimotor akhir. Selama waktu ini, anak-anak mulai bergerak menuju pemahaman dunia melalui operasi mental (mental operations) daripada murni melalui tindakan. Mereka mungkin menghubungkan boneka binatang kucing dengan kucing asli yang pernah berinteraksi dengan mereka. Pada tahap ini, anak mulai menggunakan pikiran mereka, bukan hanya tindakan fisik, untuk memahami apa yang terjadi di sekitar mereka.
Ketetapan Objek (Object Permanence)
Kemampuan anak untuk mengembangkan objek permanen adalah salah satu pencapaian terpenting pada tahap perkembangan sensorimotor. Objek permanen atau konsep ketetapan objek menggambarkan kemampuan anak untuk mengetahui bahwa objek terus ada meskipun tidak lagi dapat dilihat atau didengar.
Objek permanen adalah pemahaman anak bahwa objek tetap ada meskipun tidak dapat dilihat atau didengar.
Untuk memahami lebih jelas tentang ketetapan objek, kita akan lihat dengan memberikan contoh. Jika kita pernah memainkan permainan “ci-luk-ba” (peek-a-boo) dengan anak yang masih sangat kecil, maka kita akan mudah mengerti cara kerjanya. Ketika suatu benda disembunyikan dari pandangan, bayi di bawah usia tertentu (terutama sebelum 2 tahun) sering kaget atau terlihat kesal karena menganggap benda itu hilang. Hal tersebut, menurut Piaget karena anak terlalu ‘muda’ untuk memahami bahwa benda itu tetap ada meskipun tidak dapat dilihat.
Konsep ketetapan objek memainkan peran penting dalam teori perkembangan kognitif Piaget. Dalam tahap perkembangan sensorimotor, Piaget menyarankan agar anak-anak memahami dunia melalui kemampuan motorik mereka seperti sentuhan, penglihatan, rasa, dan gerakan. Selama masa bayi awal, bayi sangat egosentris. Bayi tidak memiliki konsep bahwa dunia ada terpisah dari sudut pandang dan pengalaman mereka. Singkatnya, bayi menganggap bahwa dunia adalah dirinya, satu kesatuan. Untuk memahami bahwa objek terus ada bahkan ketika mereka tidak terlihat, bayi pertama-tama harus mengembangkan representasi mental dari objek tersebut (mental representation of the object).
Tanda Ketetapan Objek
Untuk membuktikan adanya objek permanen, Piaget melakukan percobaan dengan menunjukkan mainan kepada bayi, kemudian mainan tersebut diambil atau disembunyikan. Dalam satu versi eksperimennya, Piaget akan menyembunyikan mainan di bawah selimut dan kemudian mengamati untuk melihat apakah bayi akan mencari objek tersebut. Beberapa bayi akan tampak bingung atau kesal karena kehilangan, sementara bayi lain malah mencari objek tersebut. Piaget percaya bahwa anak-anak yang kesal karena mainannya hilang belum memiliki pemahaman tentang objek permanen, sementara mereka yang mencari mainan telah mencapai tonggak perkembangan ini.
Pemahaman bayi tentang objek permanen dalam eksperimen Piaget terjadi sekitar usia 8-9 bulan.
Salah satu konsekuensi dari perkembangan objek permanen adalah munculnya kecemasan perpisahan (separation anxiety). Begitu bayi mengetahui bahwa benda dan orang tetap bertahan ketika mereka tidak lagi terlihat, mereka sering menjadi marah ketika orang tua dan pengasuh tidak lagi terlihat. Untungnya, kecemasan ini cenderung bersifat sementara dan biasanya hilang pada usia 3 tahun. Namun, dalam beberapa kasus, kecemasan akan perpisahan bisa menjadi lebih parah dan menetap.
Ulasan dalam tulisan ini adalah contoh klasik tentang bagaimana, selama tahap sensorimotorik, pengetahuan bayi tentang dunia terbatas pada persepsi sensorik dan aktivitas motoriknya. Selain itu perilaku bayi juga terbatas pada respons motorik sederhana yang disebabkan oleh rangsangan sensorik. Tahap sensorimotor berfungsi sebagai dasar penting dalam perkembangan dan memberi anak kemampuan yang mereka butuhkan saat mereka maju ke tahap perkembangan berikutnya. Ketika anak-anak memasuki tahap berikutnya mulai sekitar usia dua tahun, mereka mulai mengembangkan pemikiran simbolis yang memungkinkan mereka untuk meningkatkan keterampilan bahasa, imajinasi, dan memori.