Belajar lebih dalam tentang Emosi Negatif “Marah”

Kolom Mahasiswa

Oleh : Baiq Adelia Elsa*

Marah merupakan bagian dari emosi yang negatif.

Dalam mengekspresikan amarah terdapat dampak negatif dan positifnya. Marah dapat mendatangkan dampak negatif jika mengekspresikannya dengan berlebihan hingga menyakiti diri sendiri datau orang lain. sedangkan berdampak positif ketika mengekspresikan marah dengan sewajarnya, sehingga emosi marah tersebut tidak terpendam dalam dirinya. Banyak sekali kita temui di jalanan ataupun di lingkungan sekitar orang yang marah karena hal-hal tertentu. Marah tersebut diekspresikannya baik melalui wajah, perkataan, maupun gerak tubuh. Berikut penjelasan seperti apa emosi marah beserta cara mengelolanya.
Emosi berasal dari kata movere yang berarti bergerak menggerakkan dan ditambahkan huruf E sehingga artinya menjadi bergerak menjauh.

Apa sih “Marah” itu? 

Marah menurut Al-Baqi (2015) emosi marah merupakan reaksi terhadap hambatan yang menyebabkan kegagalan terhadap suatu perbuatan atau usaha (Haq et al., 2019). Menurut Davidoff (1991) marah merupakan emosi yang bercirikan aktivitas sistem syaraf simpatetik yang tinggi dan perasaan tidak suka yang kuat diakibatkan adanya kesalahan (Dalam Falentina & Yulianti, 2012). Kemudian dalam Safaria dan Saputra (2009), marah merupakan perasaan jengkel yang muncul atas kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (Falentina & Yulianti, 2012). Jadi marah merupakan emosi yang berupa perasaan jengkel dan rasa tidak suka yang kuat yang disebabkan oleh suatu kesalahan, kecemasan, dan sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan.

Apa saja kah ciri-ciri orang ketika sedang marah? 

Ciri-ciri marah dapat dibagi menjadi tiga bentuk yaitu berdasarkan ciri subjektif, fisiologis dan perilaku.

  • Ciri subjektif merupakan ciri-ciri berdasarkan perasaan yang dirasakan seseorang ketika marah.
  • Ciri fisiologis yaitu ciri tubuh dari seseorang ketika marah,
  • Ciri perilaku merupakan ciri berdasarkan tingkah laku seseorang ketika marah.
  1. Ciri subjektif marah yaitu merasa kesal, takut, sedih, merasa ingin menangis, ingin berteriak.
  2. Ciri-ciri fisiologis marah dahi berkerut, detak jantung menjadi cepat, dada menjadi sesak, dan tangan mengepal kuat. Menurut Barlet dan Izart (Dalam Sukatin et al., 2020)
  3. Ciri-ciri fisiologis berdasarkan ekspresinya yaitu dahi berkerut, tatapan tajam, cuping hidung membesar, bibir digigit sehingga memperlihatkan gigi yang mencengkeram, dan rona kulit memerah.
  4. Cri-ciri perilaku marah adalah mengehntakkan kaki, menangis, berteriak, tidak ingin berkomunikasi. Ciri-ciri ini dapat diajarkan dan dikenalkan kepada anak-anak agar dapat mengenali dan mengelola emosinya.

Penyebab seseorang mengalami emosi Marah! 

Penyebab marah sendiri ada berbagai macam.

Marah biasanya dapat disebabkan karena sesuatu hal yang tidak diinginkan, kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan, merasa tersakiti, merasa dipojokkan, diremehkan atau direndahkan, dikecewakan, dan frustasi.

Marah juga dapat disebabkan oleh stress, kurang tidur, merasa terancam, cemas, dan ingatan yang menyakitkan. Selain itu, menurut Mulyono (2006) (Dalam Susanti et al., 2015) penyebab marah dapat dibagi berdasarkan faktor fisik dan faktor psikis. Faktor fisik yaitu kelelahan yang berlebihan dan hormon kelamin. Berdasarkan hormon kelamin ini, dapat kita lihat pada saat ketika wanita mengalami menstruasi, dimana ketika menstruasi terdapat hormon estrogen yang ketika perubahan kadar hormon ini dapat menyebabkan perempuan lebih sensitif dan suasana hatinya mudah berubah sehingga perempuan mudah marah ketika menstruasi. Kemudian berdasarkan faktor psikis, marah dapat disebabkan oleh kepribadian seseorang seperti bagaimana dia menanggapi problem dan bagaimana perspektifnya dan anggapannya terhadao dirinya tau orang lain.Sedangkan pada anak-anak, marah timbul disebabkan perasaan tidak nyaman, terluka, dan keinginannya tidak terpenuhi.

Apa dampak ketika kita mengalami marah yang berlebihan? 

Marah dapat berdampak bagi diri sendiri dan orang lain. bahkan, marah yang berlebihan dapat menimbulkan kekerasan verbal maupun kekerasan fisik. Selain itu, menurut Averill (1990) marah dapat melumpuhkan akal sehat, menimbulkan kesusahan dan gangguan jiwa (Susanti et al., 2015). Sehingga sangat penting bagi anak-anak maupun orang dewasa memiliki kemampuan dalam mengelola emosi marah.

Bagaimana cara mengelola emosi marah agar kita tidak terlalu terlena? 

Mengelola emosi marah dapat dilakukan dengan mengenali emosi tersebut. Mulai dari ciri-ciri atau karakteristiknya, hingga penyebab atau situasi yang dapat memicu munculnya emosi marah. Strategi ini dapat diajarkan pada anak-anak dengan mengenalkan berbagai macam emosi termasuk emosi marah seperti ciri-ciri dan penyebabnya menggunakan bahasa yang mudah dimengerti anak dan menarik serta tidak membosankan bagi anak.
Strategi selanjutnya yaitu mengetahui cara mengekspresikan emosi dengan sewajarnya dan tidak berlebihan. Pada anak usia dini, strategi ini dapat dilakukan dengan memberikan anak ruang untuk berpendapat dan mengekspresikan emosinya.
Sudah seharusnya kita mampu mengelola emosi, dengan kemampuan pengelolaan emosi tersebut dapat membuktikan kita bahwa kita memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Dengan kecerdasan emosional tersebut kita dapat membuat kita lebih mudah berinteraksi dengan orang lain dan dapat menjalani hidup dengan baik.

*Mahasiswa PIAUD UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Angkatan 2022

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *