Upaya Melatih Kecerdasan Emosional Marah Pada Anak Usia Dini

Kolom Mahasiswa

Oleh : M. Nanang Baha’udin*

Tugas orang tua dan guru selanjutnya yaitu mengajari cara meregulasi emosional, supaya anak dalam mengekspresikan emosinya dengan baik, dan dapat meregulasi emosinya tanpa melakukan tindakan-tindakan yang salah seperti memukul orang temanya atau orang yang ada disekitarnya, berkata kotor dsb.

Definisi emosi dirumuskan secara bervariasi oleh psikolog, dengan orientasi teoritis yang berbeda-beda. Asal kata emosi adalah movere, kata kerja Bahasa Latin yang berarti “menggerakkan, bergerak”, ditambah awalan “e-” untuk memberi arti bergerak menjauh, menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak . Emosi sebagai keadaan budi rohani yang menampakkan dirinya dengan suatu perubahan yang jelas pada tubuh (1995). Menurut Crow & Crow emosi adalah warna afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan- perubahan fisik.

Menurut (2017) ada tujuh fungsi emosi bagi manusia. Masing masing fungsi itu berperan penting bagi kelangsungan hidup manusia karena membantu dalam penyesuaian terhadap lingkungan. Untuk lebih jelas diuraikan sebagai berikut : Menimbulkan respon otomatis sebagai persiapan menghadapi krisis, Menyesuaikan reaksi dengan kondisi khusus, Memotivasi tindakan yang ditujukan untuk pencapaian tujuan tertentu Emosi-emosi tertentu mendorong seseorang melakukan tindakan tertentu, Mengomunikasikan sebuah niat pada orang lain pada saat anda marah, Meningkatkan ikatan sosial, Mempengaruhi memori dan evaluasi, Meningkatkan daya ingat terhadap memori tertentu.

Walgito (1997) mengemukakan tiga teori emosi, yaitu: teori sentral, teori periferal (berpikir), dan teori kepribadian.Teori Sentral Menurut teori ini, gejala kejasmanian merupakan akbiat dari emosi yang dialami oleh individu; Jadi individu mengalami emosi terlebih dahulu baru kemudian mengalami perubahan-perubahan dalam kejasmaniannya. Teori Periferal Menurut teori ini justru sebaliknya, gejala-gejala kejasmanian bukanlah merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh individu, tetapi malahan emosi yang dialami oleh individu merupakan akibat dari gejala-gejala kejasmanian.Teori Kepribadian Menurut teori ini, emosi merupakan suatu aktivitas pribadi, dimana pribadi ini tidak dapat dipisah-pisahkan dalam jasmani dan psikis sebagai dua substansi yang terpisah. Karena itulah emosi juga meliput pula perubahan-perubahan kejasmanian misalnya apa yang dikemukakan oleh J. Linchoten.

Guru dan orang tua harus mampu melatih kecerdasan dan mematangkan emosional marah pada anak, contoh misal jika anak meminta belikan mainan kemudian otomatis mengeluarkan emosi marah dengan otomatis, karena pada masa anak usia dini mereka egosentrisnya masih tinggi, sehingga mereka tidak memikirkan tentang keadaan yang dialami oleh orang tua, dan mereka inginya setiap apa yang mereka inginkan harus dipenuhi. Maka orang tua dan guru harus bisa memberikan pelatihan pada anak, supaya anak bisa melatih kecerdasan emosinya dengan berupa mengenalkan emosinya yang terjadi pada diri anak, dan bahwasanya mengenali emosi diri (kesadaran diri) adalah mengetahui apa yang dirasakan pada suatu kondisi tertentu dan mengambil keputusan dengan pertimbangan yang matang, serta memiliki tolak ukur yang realitis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat. Setelah anak bisa mengenali nilai-nilai emosional yang terjadi pada diri anak

Tugas orang tua dan guru selanjutnya yaitu mengajari cara meregulasi emosional, supaya anak dalam mengekspresikan emosinya dengan baik, dan dapat meregulasi emosinya tanpa melakukan tindakan-tindakan yang salah seperti memukul orang temanya atau orang yang ada disekitarnya, berkata kotor dsb. Setalah anak bisa mengenali emosniya, dan meregulasi emosinya dengan mandiri maka tugas orang tua dan guru memberikan motivasi pada anak dengan tujuan anak sebagai pendorong supaya anak terbiasa bertindak secara efektif.

Adapun ada tiga kompenen penting dalam motivasi : Kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan yang ia harapakan. Sedangkan dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan. Dorongan juda merupakan kekuatan mental yang berorentasi pada tujuan tersebut merupakan inti motivasi.Adapun tujuan adalah ha lyang ingi dicapai oleh seorang individu. Tujuan tersebut mengarahkan pada prilaku belajar :

  • Mengenali Emosi Orang Lain

Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Menurut Goleman empati merupakan kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain. Adapun kunci untuk memahami perasaan orang lain adalah mampu membaca isyarat non verbal seperti: nada bicara, gerak-gerik, ekspresi wajah, dan sebagainya. Seseorang yang mampu membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri yang tinggi. Semakin mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu mengenal dan mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut mempunyai kemampuan untuk membaca perasaan orang lain.

  • Membina Hubungan

Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang dapat menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan menggunakan keterampilan untuk mempengaruhi dan memimpin, serta menyelesaikan permasalahan dengan cermat. Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan. Untuk mengembangkan kemampuan membina hubungan, yang perlu kita lakukan adalah memperhatikan bahasa tubuh, intonasi dan volume suara, serta kecepatan gerak orang lain.

*Mahasiswa PIAUD UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Angkatan 2022

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *