Tahap Praoperasional, Bahasa dan Kemajuan Logika Anak

Saat bayi mulai memahami dan mengekspresikan simbol bahasa, saat itulah Piaget menyebut mereka telah menginjakkan kakinya pada tahapan kedua perkembangan kognitif. Tahap itu diberi nama praoperasional (preoperational stage). Pondasi bahasa, mungkin saja telah tersusun pada tahapan sebelumnya, namun bahasa adalah salah satu ciri utama tahap praoperasional. Tulisan ini adalah alnjutan serial sebelumnya.

Karakteristik Tahap Praoperasional

Saat bayi kita mulai mampu mengucapkan (tidak harus jelas) kata “lagi” Ketika mereka menginginkan lebih banyak jajanan atau apapun. Mereka banhkan mampu mengikuti instruksi sederhana seperti membuang bungkus makanan ke tempat sampah. Saat itulah mereka telah masuk tahapan kedua perkembangan kognitifnya.

Piaget mencatat bahwa anak-anak pada awal tahap ini belum memahami logika konkret, tidak dapat memanipulasi informasi secara mental, dan tidak dapat mengambil sudut pandang orang lain, yang disebutnya egosentrisme

Anak juga mulai menggunakan bahasa pada tahap praoperasional, tetapi mereka tidak dapat memahami logika orang dewasa atau memanipulasi informasi secara mental. Istilah operasional mengacu pada kemampuan untuk memanipulasi informasi secara logis. Piaget menyebut tahapan ini sebagai “pre” atau “pra” karena logika anak-anak didasarkan pada pengetahuan pribadi mereka tentang dunia sejauh ini, bukan pada pengetahuan konvensional. Anak-anak mulai belajar tentang dunia yang mereka alami, namun belum mampu memanipulasi secara logis informasi yang mereka dapatkan dan pelajari.

Kapan tahap ini mulai?

Tahap praoperasional adalah tahap kedua dalam teori perkembangan kognitif Piaget. Tahap ini berlangsung sekitar usia 2 tahun, saat anak mulai berbicara, sampai kira-kira usia 7 tahun. Beberapa bayi mulai berbahasa antara usia 18 bulan sampai genap 24 bulan atau dua tahun. Selama tahap ini, anak mulai terlibat dalam permainan simbolik dan belajar memanipulasi simbol. Namun, Piaget mencatat bahwa mereka belum memahami logika konkret sampai kira-kira akhir masa ini pada usia 7 tahun. Saat anak-anak mulai menggunakan imajinasinya dan bermain khayalan.

Pada tahap ini, anak-anak menggunakan simbol untuk mewakili kata-kata, gambar, dan gagasan. Itulah sebabnya anak-anak pada tahap ini terlibat dalam permainan pura-pura (pretend play). Lengan seorang anak bisa menjadi sayap pesawat terbang saat dia meluncur di sekitar ruangan, atau seorang anak dengan tongkat bisa menjadi ksatria pemberani dengan pedang. Sapu digunakan untuk kuda-kudaan atau peswat terbang. Bermain peran juga menjadi penting pada usia ini, seperti bermain sebagai “ayah”, “ibu”, “guru”, “pedagang”, “dokter” dan banyak karakter lainnya.

Piaget membagi tahap praoperasional menjadi dua sub tahap lainnya, yaitu:

  1. Fungsi simbolik (usia 2 hingga 4): Anak-anak mengembangkan representasi mental dari objek di dunia sekitar mereka selama subtahap ini. Ini termasuk representasi objek yang saat ini tidak ada. Persepsi memainkan peran penting dalam kemampuan anak untuk memecahkan masalah selama periode perkembangan ini.
  2. Pemikiran intuitif (usia 4 hingga 7): Anak-anak mulai lebih mengandalkan logika daripada hanya persepsi saja di subtahap ini. Kemampuan mereka untuk memecahkan masalah lebih logis, tetapi mereka mungkin tidak mampu menjelaskan bagaimana mereka berpikir atau mengapa mereka berpikir seperti itu.

Ciri Utama Tahap Praoperasional

Representasi Simbolik (Symbolic Representation)

Selama periode awal praoperasional, antara 2-3 tahun, anak akan mulai menyadari bahwa kata dan benda merupakan simbol untuk sesuatu yang lain. Saksikan betapa senangnya mereka saat mampu memahami dan mengeluarkan kata per kata.

Namun, Piaget berpendapat bahwa bahasa tidak memfasilitasi perkembangan kognitif, tetapi hanya mencerminkan apa yang sudah diketahui anak dan hanya memberikan sedikit kontribusi untuk pengetahuan baru. Dia percaya perkembangan kognitif mendorong perkembangan bahasa, bukan sebaliknya.

Bermain Pura-pura (Pretend Play)

Berpura-pura adalah kegiatan favorit anak saat tahapan ini. Balita sering berpura-pura menjadi orang yang bukan dirinya (misalnya pahlawan super, polisi, guru dan lainnya), dan mungkin memainkan peran ini dengan alat peraga yang menyimbolkan objek kehidupan nyata. Anak-anak juga dapat menemukan teman bermain imajiner. Dalam permainan berpura-pura, anak-anak kecil memajukan kognisi mereka tentang orang, objek, dan tindakan. Dengan cara inilah mereka mulai membangun representasi dunia yang semakin canggih.

Dalam permainan berpura-pura, anak-anak kecil memajukan kognisi mereka tentang orang, objek, dan tindakan. Dengan cara inilah mereka mulai membangun representasi dunia yang semakin canggih

Piaget percaya bahwa permainan pura-pura dan eksperimen anak-anak membantu mereka memperkuat skema baru yang mereka kembangkan secara kognitif. Ini melibatkan asimilasi dan akomodasi, yang menghasilkan perubahan dalam konsepsi atau pemikiran mereka. Saat anak-anak maju melalui tahap praoperasional, mereka mengembangkan pengetahuan yang mereka perlukan untuk mulai menggunakan operasi logis pada tahap berikutnya.

Egosentrisme

Anak praoperasional cenderung seolah tidak mau berkompromi dengan siapapun saat mereka menginginkan sesuatu. Anak menginginkan sesuatu sekarang, dan bahkan tidak mau menunggu sebentar saat anda mau mencuci satu gelas. Ya, mereka memang tengah memikirkan satu hal: diri mereka sendiri. Inilah egosentisme, saat anak-anak berasumsi bahwa apa yang orang lain lihat, dengar, rasakan dan inginkan sama dengan yang mereka rasakan. Kecenderungan anak kecil untuk tidak dapat mengambil perspektif orang lain, dan sebaliknya anak berpikir bahwa semua orang melihat, berpikir, dan merasakan apa adanya, inilah egosentrisme.

Kecenderungan anak kecil untuk tidak dapat mengambil perspektif orang lain, dan sebaliknya anak berpikir bahwa semua orang melihat, berpikir, dan merasakan apa adanya

Piaget menggunakan beberapa teknik kreatif dan cerdas untuk mempelajari kemampuan mental anak tahapan ini. Salah satu teknik terkenal untuk mendemonstrasikan egosentrisme dikenal sebagai “Tugas Tiga Gunung” (the three mointain task).

Gambar 1. Permainan Tiga Gunung

Caranya:

  1. Seorang anak diperlihatkan pajangan tiga gunung; gunung tertinggi tertutup salju. Gunug kedua terdapat beberapa pohon, dan yang ketiga ada sebuah gereja. Anak itu berdiri di satu sisi pajangan, dan ada boneka di sisi lainnya.
  2. Anak itu diperbolehkan berjalan mengelilingi pajangan, melihatnya, lalu duduk di satu sisi. Sebuah boneka kemudian ditempatkan di berbagai posisi pajangan.
  3. Anak diperlihatkan gambar pemandangan dari berbagai sudut pandang dan diminta untuk memilih tampilan yang paling cocok dengan apa yang dapat “dilihat” oleh boneka itu.
  4. Anak itu kemudian diperlihatkan 10 foto gunung yang diambil dari posisi berbeda, dan diminta menunjukkan mana yang menunjukkan pemandangan boneka itu.
  5. Piaget berasumsi bahwa jika anak dengan benar memilih foto yang menunjukkan pandangan boneka, maka dia tidak egosentris. Egosentrisme akan ditunjukkan oleh anak yang memilih foto yang menunjukkan pemandangan yang dilihatnya.

Hampir selalu anak-anak memilih foto yang menunjukkan pemandangan gunung yang mereka lihat dari sudut pandang mereka. Menurut Piaget, anak-anak mengalami kesulitan ini karena mereka tidak dapat mengambil sudut pandang orang lain.

Peneliti lain juga telah melakukan eksperimen serupa. Dalam sebuah penelitian, anak-anak diperlihatkan sebuah kamar di sebuah rumah boneka kecil. Anak-anak dapat melihat di rumah boneka bahwa ada mainan yang disembunyikan di balik perabot. Anak-anak kemudian dibawa ke ruangan berukuran penuh yang merupakan replika persis dari rumah boneka itu. Anak-anak yang masih sangat kecil tidak mengerti dan mampu menemukan mainan tersebut, sedangkan anak-anak yang sedikit lebih besar segera mencari mainan tersebut.

Dalam pandangan psikologi perkembangan, kemampuan untuk memahami bahwa orang lain memiliki perspektif, pikiran, perasaan, dan kondisi mental yang berbeda disebut sebagai teori pikiran (theory of mind).

 

Pemikiran Pra-kausal (precausal thinking)

Mirip dengan pemikiran egosentris, bahwa anak-anak pada tahap praoperasional menata pemahaman mereka tentang hubungan sebab-akibat berdasarkan pandangan mereka yang terbatas tentang dunia. Piaget menciptakan istilah pemikiran pra-kausal (precausal thinking) untuk menggambarkan cara dimana anak-anak praoperasional menggunakan gagasan atau pandangan mereka (seperti dalam egosentrisme), untuk menjelaskan hubungan sebab-akibat. Tiga konsep utama kausalitas, seperti yang ditunjukkan oleh anak-anak pada tahap praoperasional, meliputi animisme, artifisialisme, dan penalaran transduktif.

Animisme

Ini adalah kepercayaan bahwa benda mati (seperti mainan dan boneka) memiliki perasaan dan niat seperti manusia. Secara lugas, Piaget menyebutkan bahwa bagi anak pra-operasional, dunia alam itu hidup, sadar, dan memiliki tujuan. Inilah animisme

Animisme adalah kepercayaan bahwa benda mati memiliki perasaan dan niat seperti manusia

Piaget telah mengidentifikasi empat tahap animisme:

  1. Hingga usia 4 atau 5 tahun, anak percaya bahwa hampir semua benda adalah hidup dan memiliki tujuan.
  2. Selama tahap kedua (5-7 tahun) hanya objek yang bergerak yang memiliki tujuan.
  3. Pada tahap selanjutnya (7-9 tahun), hanya benda yang bergerak secara spontan yang dianggap hidup.
  4. Pada tahap terakhir (9-12 tahun), anak memahami bahwa selain manusia, hanya tumbuhan dan hewan yang hidup.

Artifialisme

Piaget mendefinisikan artificialism sebagai asumsi bahwa segala sesuatu yang ada harus dibuat oleh sesuatu yang hidup. Hal yang hidup inilah yang bertanggung jawab atas sebab-akibat segala sesuatu. Dengan kata lain, anak-anak pada usia ini menganggap hujan bukanlah proses fenomena alam, melainkan dibuat oleh seseorang atau sesuatu yang hidup. Misalnya, seorang anak mungkin mengatakan bahwa di luar berangin karena seseorang/makhluk hidup meniup udara dengan sangat kencang, atau awan menjadi putih karena seseorang mengecatnya dengan warna itu.

Artifisialisme adalah asumsi bahwa segala sesuatu yang ada harus dibuat oleh sesuatu yang hidup

Penalaran transduktif

Penalaran transduktif adalah ketika seorang anak gagal memahami hubungan yang sebenarnya antara sebab dan akibat. Tidak seperti penalaran deduktif atau induktif (umum ke khusus, atau khusus ke umum), penalaran transduktif mengacu pada saat seorang anak bernalar dari khusus ke khusus, menggambarkan hubungan antara dua peristiwa terpisah yang tidak berhubungan. Misalnya, jika seorang anak mendengar anjing menggonggong dan kemudian balon meletus, anak tersebut akan menyimpulkan bahwa karena anjing menggonggong, balon pun meletus. Terkait dengan ini adalah sinkretisme,yang mengacu pada kecenderungan untuk berpikir bahwa jika dua peristiwa terjadi secara bersamaan, yang satu menyebabkan yang lain. Contoh dari hal ini mungkin seorang anak yang bertanya, “jika saya menggunakan payung, apakah hal tersebut memancing musim menjadi musim hujan?”

Penalaran transduktif adalah ketika seorang anak gagal memahami hubungan yang sebenarnya antara sebab dan akibat

 Kesalahan Kognitif (Cognition Errors)

Antara usia empat dan tujuh tahun, anak-anak cenderung menjadi sangat ingin tahu dan mengajukan banyak pertanyaan, mulai menggunakan penalaran primitif. Ada peningkatan rasa ingin tahu dalam minat penalaran dan ingin tahu mengapa segala sesuatunya seperti itu. Piaget menyebutnya subtahap intuitif (intuitive substage) karena anak-anak menyadari bahwa mereka memiliki pengetahuan yang sangat banyak, tetapi mereka tidak menyadari bagaimana mereka memperolehnya. Kesalahan kognisi pada tahapan praoperasional biasanya bis akita temukan dalam tiga bentuk, yaitu centration, conservation dan irreversibility.

Pemusatan (Centration)

Sentrasi (centration) merupakan ciri khas lain anak pada tahapan praoperasional. Sentrasi merupakan kecenderungan untuk fokus pada satu aspek situasi pada satu waktu. Jika ingin melihatnya, coba susun dua baris barang, missal sendok. Baris pertama berisi tujuh sendok, baris kedua berisi lima sendok. Susunlah baris kedua lebih renggang dan seolah lebih panjang dari garis pertama. Mintalah anak-anak usia ini untuk memilih baris mana yang berisi lebih banyak sendok. Kemungkinan besar mereka akan memilih baris yang lebih panjang, padahal hanya berisi lima sendok.

Mengapa hal tersebut terjadi? Ini karena mereka berfokus pada satu aspek saja (panjang) dan tidak dapat memanipulasi dua aspek (panjang dan banyak). Saat usia mereka bertambah, mereka akan mengembangkan kemampuan lebih baik dalam hal ini.

Masalah Konservasi (Conservation)

Eksperimen terkenal lainnya melibatkan demonstrasi pemahaman seorang anak tentang konservasi. Konservasi adalah pemahaman bahwa sesuatu tetap sama secara kuantitas meskipun penampilannya berubah. Secara lebih teknis, konservasi adalah kemampuan untuk memahami bahwa pendistribusian ulang material tidak mempengaruhi massa, jumlah, atau volumenya. Dalam satu percobaan konservasi, jumlah cairan yang sama dituangkan ke dalam dua wadah yang identik.

Gambar 2. Demonstrasi konservasi cairan. Apakah menuangkan cairan ke dalam wadah yang tinggi dan sempit membuatnya memiliki lebih banyak?

Cairan dalam satu wadah kemudian dituangkan ke dalam cangkir yang bentuknya berbeda, seperti cangkir tinggi dan tipis atau cangkir pendek dan lebar. Anak-anak kemudian ditanya cangkir mana yang menampung paling banyak cairan. Meski melihat jumlah cairannya sama, anak-anak hampir selalu memilih cangkir yang tampak lebih penuh.

Piaget melakukan beberapa eksperimen serupa tentang kekekalan jumlah, panjang, massa, berat, volume, dan kuantitas. Dia menemukan bahwa hanya sedikit anak yang menunjukkan pemahaman konservasi sebelum usia lima tahun.

Irreversabilitas (Irreversability)

Ireversibilitas juga ditunjukkan selama tahap ini dan terkait erat dengan gagasan pemusatan dan konservasi. Ireversibilitas merupakan sebuah tahap dimana anak-anak tidak mampu membayangkan bahwa rangkaian peristiwa dapat dibalik ke titik awal. Dalam situasi gelas kimia yang sama, anak tersebut tidak menyadari bahwa, jika rangkaian kejadian dibalik dan air dari gelas tinggi dituangkan kembali ke gelas aslinya, maka jumlah air yang sama akan tetap ada.

Pemusatan, kesalahan konservasi, dan ireversibilitas adalah indikasi bahwa anak kecil bergantung pada representasi visual. Contoh lain ketergantungan anak-anak pada representasi visual adalah kesalahpahaman mereka tentang “kurang dari” atau “lebih dari”. Ketika dua baris berisi jumlah balok yang sama diletakkan di depan seorang anak dengan satu baris terbentang lebih jauh dari baris lainnya, anak akan berpikir bahwa baris yang terbentang lebih jauh memuat lebih banyak balok.

Kritik dan Pandangan Modern

Meski berpengaruh, teori Piaget bukan tanpa kritik. Beberapa di antaranya berpusat pada:

  1. Usia dimana keterampilan muncul. Peneliti lain juga menemukan bahwa anak-anak dapat mengatasi egosentrisme sejak usia empat tahun, yang lebih awal dari yang diyakini Piaget. Crain pada tahun 2005 misalnya, mampu menunjukkan bahwa dalam kondisi tertentu anak-anak praoperasional dapat berpikir secara rasional tentang tugas-tugas matematika dan ilmiah, dan mereka tidak selalu egosentris seperti yang disiratkan oleh Piaget. Penelitian tentang teori pikiran (theory of mind) menunjukkan bahwa beberapa anak mengatasi egosentrisme pada usia 4 atau 5 tahun, yang lebih cepat dari yang ditunjukkan Piaget.
  2. Fokus pada ketidakmampuan vs. kemampuan: Seperti yang mungkin telah Anda perhatikan, sebagian besar fokus Piaget pada tahap perkembangan ini berfokus pada apa yang belum dapat dilakukan oleh anak-anak. Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Price-Williams dan kolega tahun 1969 yang menemukan bahwa pengalaman khusus anak dapat mempengaruhi kompetensi kognitif anak. Anak-anak pembuat tembikar di desa-desa Meksiko mengetahui bahwa membentuk kembali tanah liat tidak mengubah jumlah tanah liat pada usia yang jauh lebih muda daripada anak-anak yang tidak memiliki pengalaman serupa.

Artinya, banyak peneliti menganggap bahwa konsep egosentrisme dan konservasi yang dimaksudkan oleh Piaget sangat berpusat pada kemampuan yang belum dikembangkan anak. Mereka tidak memiliki pemahaman bahwa segala sesuatu tampak berbeda bagi orang lain dan bahwa benda dapat berubah penampilan sambil mempertahankan sifat yang sama.

Artinya, banyak peneliti menganggap bahwa konsep egosentrisme dan konservasi yang dimaksudkan oleh Piaget sangat berpusat pada kemampuan yang belum dikembangkan anak

Peneliti lain juga menemukan hal yang berbeda dari anggapan dan kesimpulan Piaget. Martin Hughes, misalnya, berpendapat bahwa alasan anak-anak gagal dalam tugas tiga gunung adalah karena mereka tidak memahaminya. Dalam satu percobaan, Hughes mendemonstrasikan bahwa anak-anak semuda usia 4 tahun mampu memahami situasi dari berbagai sudut pandang, menunjukkan bahwa anak-anak menjadi kurang egosentris pada usia lebih awal dari yang diyakini Piaget.

Kapan Harus Khawatir

Tulisan ini telah mengantarkan kita untuk memahami beberapa tonggak penting yang harusnya muncul selama tahap perkembangan praoperasional. Beberapa di antaranya:

  1. Saat usia 2 hingga 3 tahun. Harusnya anak-anak mulai bermain pura-pura, dapat mengikuti petunjuk sederhana, dan dapat mengurutkan objek ke dalam kategori yang berbeda.
  2. Saat usia 3 hingga 4 tahun. Anak-anak mengembangkan skema yang lebih halus, atau kategori informasi, yang mereka gunakan untuk menyortir dan memahami objek. Mereka juga memahami masa lalu vs. sekarang, memiliki rentang perhatian yang lebih panjang, mengelompokkan objek serupa, dan mencari jawaban atas pertanyaan mereka tentang dunia.
  3. Usia 4 sampai 5 tahun. Keterampilan kognitif anak menjadi lebih halus dan mereka lebih mampu meniru tindakan orang dewasa.
  4. Usia 6 hingga 7 tahun. Anak-anak mengembangkan pemahaman waktu yang lebih baik dan keterampilan bahasa yang lebih maju.

Memahami tonggak seperti itu dapat membantu kita menilai dengan lebih baik apakah perkembangan anak telah berada pada jalur yang tepat atau tidak. Namun, penting untuk menyadari bahwa semua anak berkembang pada tingkat yang berbeda.

Jika anak tidak mencapai satu atau lebih pencapaian setelah usianya, padahal keterampilan seperti itu biasanya muncul, hal itu mungkin perlu dikhawatirkan.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *