- Mengetahui lebih dalam apa itu emosi marah dan takut - Agustus 12, 2023
- Upaya Melatih Kecerdasan Emosional Marah Pada Anak Usia Dini - Agustus 12, 2023
- Belajar lebih dalam tentang Emosi Negatif “Marah” - Agustus 9, 2023
Azzah Afifah*
Ketika anak melakukan kesalahan, kebanyakan dari orang tua tanpa disadari pasti spontan memarahi anak nya. Namun kepada orang tua tahukah anda tentang dampak yang akan terjadi apabila anak sering dimarahi?
Seiring dengan bertambah usia pada anak maka akan semakin banyak tingkah laku yang bermacam-macam dan membuat orang tua semakin diuji kesabaran nya, wajar apabila orang tua sering terpancing dengan tingkah laku yang membuat emosi berkobar.
Namun perlu diketahui bahwa memarahi ataupun meneriaki anak bukanlah solusi yang tepat. Bahkan kalimat-kalimat yang keluar dari mulut orang tua juga tanpa disadari dapat menyakiti hati anak. Kecil kemungkinan anak dapat memahami maksud nasihat orang tua, bisa juga anak malah mengalami trauma psikis yang dapat mengganggu perkembangan mental dan sosial emosional nya.
Menurut Carver dan Harrmon Jones, perasaan marah akan muncul ketika seorang individu merasa seolah-olah apa yang “harusnya” terjadi tetapi malah tidak terjadi. Nah di situ lah munculnya amarah.
Tujuan utama kemarahan yakni untuk mengatasi hambatan saat akan mencapai tujuan, sehingga perasaan marah dapat memotivasi dan menimbulkan rasa semangat untuk mendekati sumber kemarahan, seperti contohnya kemarahan dapat mendorong perilaku untuk menghilangkan pikiran “seharusnya” sebagai upaya untuk membuka jalur tujuan yang diinginkan.
Tingkat rata-rata kemarahan tidak berubah pada usia anak-anak, melainkan akan meningkat pada usia pra remaja dan remaja.
Hayoo siapa yang dikit-dikit marah-marah ?
Masalah kecil saja di besar-besar in
Hayooo ngakuu !!
Masa remaja sering dikaitkan dengan emosi yang tidak stabil, remaja akan mudah marah tanpa tahu penyebab yang jelas. Remaja dapat dibilang labil dan dalam sedang pencarian jati diri menuju dewasa. Walaupun begitu, pasang surutnya emosi yang terjadi harus segera diketahui penyebabnya, maka remaja akan merasa lebih tenang ketika permasalahannya sudah mendapatkan solusi.
Meskipun kemarahan dialami oleh semua orang, dan semua umur, namun tetap ada perbedaan yang signifikan dalam pengekspresian marah. Perbedaan cara meluapkan kemarahan pada setiap anak merupakan cerminan dari sifat tempramennya. Ada anak yang cara marahnya relatif stabil dan ada yang tidak stabil.
Kemarahan bukanlah hal yang buruk kok, kemarahan disi juga memiliki beberapa fungsi antara lain ada:
- Social Adjustment
Menurut Schneiders, penyesuaian sosial atau social adjustment adalah kemampuan atau kapasitas yang dimiliki individu untuk bereaksi secara efektif dan wajar terhadap realita, situasi, dan hubungan sosial sehingga tuntutan hidup bermasyarakat terpenuhi dengan cara yang dapat diterima dan memuaskan. Keseluruhan proses hidup dan kehidupan individu akan selalu diwarnai oleh hubungan dengan orang lain, baik itu dengan lingkup keluarga, sekolah, maupun masyarakat secara luas, sebagai makhluk sosial, individu selalu membutuhkan pergaulan dalam hidupnya dengan orang lain, pengakuan, dan penerimaan terhadap dirinya dari orang lain.
- Academic Adjustment
Menurut Baker & Siryk, penyesuaian diri terhadap akademik yakni kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan perkuliahan dan dapat mencapai prestasi akademik. Hal ini dapat dilihat dari nilai motivasi untuk mencapai prestasi akademik, mendapatkan yang bagus, dan kepuasan terhadap hasil yang dicapai.
- Pshycal Health
Kemarahan sering dikaitkan dengan kesejahteraan fisik. Setelah mengenal perasaan marah, selanjutnya kita akan berkenalan dengan perasaan takut.
Pasti kalian semua pernah merasa ketakutan ?
Pernahkah kalian memasuki rumah hantu ?
Di dalam rumah hantu apa yang kalian rasakan ?
Pasti semua orang pernah merasakan ketakutan, namun penyampaian ketakutan seseorang beda dengan bayi, bayi belum bisa berbicara dan tidak bisa menyampaikan apa yang dia rasakan, bayi menyampaikan perasaan nya melalui ekspresi seperti menangis, mengangkat alis, mulut terbuka.
Menurut serrano, igiesias dan loeches di usia 4-5 bulan, bayi sudah bisa membedakan emosi negatif seperti ketakutan, kesedihan, dan kemarahan. Menurut Neison, Morse dan leavist, di usia 6-7 bulan bayi dapat mengkategorikan sejumlah ekspresi dan mendeteksi wajah ketika akan berubah dari emosi satu ke emosi lainnya. Sekitar usia 7 bulan bayi dapat membedakan berbagai ekspresi dan mulai memahami perbedaan dari raut muka orang tua. Memasuki usia 8-12 bulan, bayi mulai menunjukkan pemahaman terhadap arti wajah ketakutan.
Umumnya ketakutan pada anak akan muncul pada tahun pertama perkembangan. Namun saat setelah lahir bayi dapat membedakan mana ibu nya dan mana orang asing. Usia 8-12 bulan respon emosional bayi terhadap orang asing sudah mulai bervariasi.
Ketika terjadi kegagalan saat masa pendekatan antara orang asing dan anak maka anak akan menunjukkan rasa takutnya dan kebanyakan akan menjadi kelemasan pada tubuh anak.
*Mahasiswi PIAUD Angkatan 2021