Konsep Penting Pemikiran Piaget

Penemuan Piaget dianggap jenius oleh beberapa ahli lainnya, justru karena kesederhanaannya

Piaget terkenal dengan temuannya terkait tahapan perkembangan kognitif anak. Tulisan ini hendak mengajak pembaca mengenali terlebih dahulu konsep-konsep penting dalam pemikiran Piaget sebelum nantinya belajar terkait teori perkembangan kognitf anak.

Seklumit Sejarah

Lahir dengan nama Jean William Fritz Piaget 9 Agustus 1896 di Swiss, Piaget merupakan salah satu tokoh paling berpengaruh dalam psikologi perkembangan dan dunia pendidikan. Oleh masyarakat ilmiah, Piaget disebut sebagai pelajar yang dewasa sebelum waktunya karena menerbitkan makalah ilmiah pertamanya ketika dia baru berusia 11 tahun. Jangan dikira itu adalah makalah tentang psikologi atau tentang pendidikan. Makalah pertamanya adalah tentang burung pipit dan moluska. Hal tersebut karena Piaget dibesarkan dalam lingkungan ahli biologi dan juga filsuf.

Paparan awal perkembangan intelektual Piaget dalam psikologi perkembangan datang ketika dia bekerja sebagai asisten Alfred Binet dan Theodore Simon, lebih tepatnya membantu menjadi penerjemah. Jika kalian pernah mengikuti tes kecerdasan, kalian tahu dua nama tersebut adalah penemu tes kecerdasan paling terkenal seantero dunia. Piaget diminta untuk menterjemahkan alat tes kecerdasan (IQ) dari bahasa Inggris ke bahasa Prancis. Selama proses ini (menjadi asisten), Piaget mengamati perilaku anak-anak, terutama cara berpikirnya. Bahwa anak-anak ternyata berpikir secara berbeda dari orang dewasa dan memiliki pandangan yang berbeda pula tentang dunia. Pandangan tersebut mengantarkannya pada studi yang lebih serius, dia mulai mempelajari anak-anak sejak lahir hingga masa remaja. Mengamati secara serius perilaku anak-anak kecil yang belum lancer berbicara, dan melakukan wawancara dengan anak-anak yang lebih besar sambil mengamati perkembangan mereka.

1936 adalah tahun dimana Paiget menerbitkan teorinya tentang perkembangan kognitif manusia. Teori ini didasarkan pada gagasan bahwa kecerdasan anak berubah sepanjang masa kanak-kanak dan keterampilan kognitif dipelajari saat anak tumbuh dan berinteraksi dengan lingkungannya. Teorinya mengubah sejarah, mengubah paradigam masyarakat. Anak-anak dahulu diperlakukan hanya sebagai versi kecil dari orang dewasa, teori Piaget mengantarkan masyarakat untuk memahami dan mengidentifikasi bahwa cara berpikir anak-anak berbeda dari cara berpikir orang dewasa.

Sebagian besar minat Piaget dalam perkembangan kognitif anak-anak diilhami oleh pengamatannya terhadap keponakan dan putrinya sendiri. Pengamatan ini memperkuat hipotesis pemula bahwa pikiran anak-anak bukan hanya versi yang lebih kecil dari pikiran orang dewasa. Piaget mengusulkan bahwa kecerdasan tumbuh dan berkembang melalui serangkaian tahapan. Anak yang lebih besar tidak hanya berpikir lebih cepat daripada anak yang lebih muda. Sebaliknya, ada perbedaan kualitatif dan kuantitatif antara pemikiran anak kecil versus anak yang lebih besar.

Berdasarkan pengamatannya, ia menyimpulkan bahwa anak-anak tidak kalah cerdasnya dengan orang dewasa—mereka hanya berpikir secara berbeda. Banyak tokoh menyebut karya dan penemuan Piaget sangat jenius, karena kesederhanaannya. Salah satunya adalah Einstein yang menyebutnya “so simple only a genius could have thought of it.

Konsep Penting

Penting untuk dicatat bahwa Piaget tidak memandang perkembangan intelektual anak sebagai proses kuantitatif. Artinya, anak-anak tidak hanya menambahkan lebih banyak informasi dan pengetahuan pada pengetahuan yang mereka miliki seiring bertambahnya usia. Sebaliknya, Piaget menyarankan bahwa ada perubahan kualitatif dalam cara berpikir anak-anak ketika mereka secara bertahap memproses melalui empat tahapan perkembangan (akan dibahas pada seri selanjutnya). Pada usia 7 tahun, anak-anak tidak hanya memiliki lebih banyak informasi tentang dunia dibandingkan pada usia 2 tahun. Terdapat perubahan mendasar dalam cara  mereka berpikir tentang dunia. Piaget menyarankan beberapa faktor yang mempengaruhi bagaimana anak-anak belajar dan tumbuh.

Skema (schemas)

Skema menggambarkan tindakan mental dan fisik yang terlibat dalam memahami dan mengetahui. Skema adalah kategori pengetahuan yang membantu kita untuk menafsirkan dan memahami dunia. Dalam pandangan Piaget, skema mencakup kategori pengetahuan dan proses memperoleh pengetahuan itu. Saat pengalaman terjadi, informasi baru ini digunakan untuk memodifikasi, menambah, atau mengubah skema yang sudah ada sebelumnya. Skema adalah kerangka kerja kognitif atau konsep yang membantu mengatur dan menafsirkan informasi. Manusia menggunakan skema karena hal tersebut memungkinkannya mengambil jalan pintas dalam menafsirkan sejumlah besar informasi yang tersedia di lingkungannya.

Misalnya, seorang anak mungkin memiliki skema tentang jenis binatang, seperti kucing. Jika satu-satunya pengalaman anak adalah dengan kucing kecil, seorang anak mungkin percaya bahwa semua kucing itu kecil, berbulu, dan memiliki empat kaki. Misalkan anak itu bertemu dengan seekor kucing yang sangat besar. Anak akan menerima informasi baru ini, memodifikasi skema yang sudah ada sebelumnya untuk memasukkan pengamatan baru ini.

Penggunaan istilah skema sebagai konsep dasar pertama kali digunakan oleh seorang psikolog Inggris bernama Frederic Bartlett sebagai bagian dari teori belajarnya.

Piaget bukan orang pertama yang memperkenalkan istilah skema. Penggunaan istilah skema sebagai konsep dasar pertama kali digunakan oleh seorang psikolog Inggris bernama Frederic Bartlett sebagai bagian dari teori belajarnya. Teori Bartlett menyarankan bahwa pemahaman kita tentang dunia dibentuk oleh jaringan struktur mental abstrak. Dalam teori Piaget, skema adalah kategori pengetahuan sekaligus proses memperoleh pengetahuan itu. Dia percaya bahwa orang terus-menerus beradaptasi dengan lingkungan saat mereka menerima informasi baru dan mempelajari hal-hal baru.

4 Jenis Skema

Sementara Piaget berfokus pada perkembangan masa kanak-kanak, skema adalah sesuatu yang dimiliki semua orang dan terus terbentuk dan berubah sepanjang hidup. Skema objek hanyalah salah satu jenis skema yang berfokus pada apa itu objek mati dan cara kerjanya. Misalnya, kebanyakan orang di negara-negara industri memiliki skema tentang apa itu mobil. Skema keseluruhan kita untuk sebuah mobil mungkin mencakup subkategori untuk berbagai jenis mobil seperti mobil sedan, mobil keluarga, atau mobil sport. Baldwing tahun 1992 mempublikasikan empat jenis skema yang digunakan manusia, yaitu:

  1. Skema orang (person schemas) yaitu skema difokuskan pada individu tertentu. Misalnya, skema kita untuk teman kita mungkin menyertakan informasi tentang penampilannya, perilakunya, kepribadiannya, dan preferensinya.
  2. Skema sosial (social schemas) mencakup pengetahuan umum tentang bagaimana orang berperilaku dalam situasi sosial tertentu.
  3. Skema diri (self-schemas) difokuskan pada pengetahuan kita tentang diri sendiri. Ini dapat mencakup baik apa yang kita ketahui tentang diri kita saat ini maupun gagasan tentang diri kita yang ideal atau masa depan.
  4. Skema peristiwa (event schemas) difokuskan pada pola perilaku yang harus diikuti untuk peristiwa tertentu. Ini bertindak seperti naskah yang memberi tahu kita tentang apa yang harus kita lakukan, bagaimana harus bertindak, dan apa yang harus kita katakan dalam situasi tertentu.

Adaptasi (Adaptation)

Bagaimana orang belajar hal baru? Pertanyaan ini tampaknya cukup sederhana, namun merupakan topik yang telah lama menjadi topik utama yang menarik bagi para psikolog dan pendidik. Para ahli sepakat bahwa ada banyak proses yang berbeda dimana informasi dapat dipelajari. Piaget menjelaskan proses itu dalam konsep adaptasi.  Skema bukanlah sesuatu yang tetap dan tidak berubah sepanjang hidup manusia. Manusia membutuhkan perubahan skema untuk bertahan hidup, konsep inilah yang disebut Piaget sebagai adaptasi.

Adaptasi adalah proses dimana anak mengubah model mentalnya tentang dunia agar lebih sesuai dengan bagaimana dunia sebenarnya.

Adaptasi adalah proses dimana anak mengubah model mentalnya tentang dunia agar lebih sesuai dengan bagaimana dunia sebenarnya. Adaptasi akan bermuara pada konsep ekuilibrasi, yaitu ketika skema yang ada dapat menjelaskan apa yang kita rasakan di sekitar kita. Namun, ketika kita bertemu dengan situasi baru yang tidak dapat kita jelaskan, itu menciptakan ketidakseimbangan (disequilibration), ini adalah sensasi yang tidak menyenangkan yang kita coba hindari, ini memberi motivasi untuk belajar. Piaget menjelaskan bahwa skema dapat saja berubah melalui proses adaptasi yang bisa saja berupa asimilasi atau akomodasi.

Asimilasi (Assimilation)

Proses mengambil informasi baru ke dalam skema kita yang sudah ada dikenal sebagai asimilasi. Prosesnya agak subjektif karena kita cenderung mengubah pengalaman dan informasi sedikit agar sesuai dengan keyakinan kita yang sudah ada sebelumnya. Asimilasi adalah proses kognitif membuat informasi baru sesuai dengan pemahaman kita yang ada tentang dunia. Pada dasarnya, ketika kita menemukan sesuatu yang baru, kita memproses dan memahaminya dengan menghubungkannya dengan hal-hal yang sudah diketahui sebelumnya. Melanjutkan contoh di atas, melihat seekor kucing dan melabelinya sebagai “kucing” adalah kasus mengasimilasi hewan itu ke dalam skema kucing anak.

 Asimilasi adalah proses kognitif membuat informasi baru sesuai dengan pemahaman kita yang ada tentang dunia.

Asimilasi memainkan peran penting dalam bagaimana kita belajar tentang dunia di sekitar kita. Pada masa kanak-kanak awal, anak-anak terus-menerus mengasimilasi informasi dan pengalaman baru ke dalam pengetahuan mereka yang ada tentang dunia. Namun, proses ini tidak berakhir dengan masa kanak-kanak akhir. Ketika orang menghadapi hal-hal baru dan menafsirkan pengalaman ini, mereka membuat penyesuaian kecil dan besar terhadap ide-ide mereka yang ada tentang dunia di sekitar mereka.

Akomodasi (Accommodation)

Akomodasi adalah bagian dari proses pembelajaran yang memungkinkan kita mengubah ide-ide yang ada untuk menerima informasi baru. Proses akomodasi melibatkan pengubahan skema atau ide yang ada, sebagai hasil dari informasi baru atau pengalaman baru. Misalnya, bagaimana anak-anak kecil belajar tentang berbagai jenis hewan. Seorang anak kecil mungkin memiliki skema yang ada untuk kucing. Dia tahu bahwa kucing memiliki empat kaki, jadi dia mungkin secara otomatis percaya bahwa semua hewan dengan empat kaki adalah kucing. Ketika dia kemudian mengetahui bahwa anjing juga berkaki empat, dia akan menjalani proses akomodasi di mana skema yang ada untuk kucing akan berubah dan dia juga akan mengembangkan skema baru untuk anjing.

Proses akomodasi melibatkan pengubahan skema atau ide yang ada, sebagai hasil dari informasi baru atau pengalaman baru

Akomodasi tidak hanya terjadi pada anak-anak, orang dewasa juga mengalami hal ini. Ketika pengalaman memperkenalkan informasi baru atau informasi yang bertentangan dengan skema yang ada, kita harus mengakomodasi pembelajaran baru ini untuk memastikan bahwa apa yang ada di dalam kepala kita sesuai dengan apa yang ada di luar di dunia nyata.

Misalnya, bayangkan seorang anak laki-laki yang dibesarkan di sebuah rumah yang menyajikan skema stereotip tentang kelompok sosial lain. Karena asuhannya, ia bahkan mungkin menyimpan prasangka terhadap orang-orang dalam kelompok ini. Ketika ia sampai pada perguruan tinggi, dia tiba-tiba menemukan dirinya dikelilingi oleh orang-orang dari kelompok ini. Melalui pengalaman dan interaksi nyata dengan anggota kelompok ini, ia menyadari bahwa pengetahuannya yang ada sepenuhnya salah. Hal ini menyebabkan perubahan dramatis, atau akomodasi, dalam keyakinannya tentang anggota kelompok sosial ini.

Keseimbangan (Equilibration)

Konsep penting lainnya adalah equilibrium atau keseimbangan. Ketika anak bertumbuh dan berkembang secara kognitif, penting untuk menjaga keseimbangan antara menerapkan pengetahuan sebelumnya (asimilasi) dan mengubah perilaku untuk memperhitungkan pengetahuan baru (akomodasi). Piaget percaya bahwa semua anak mencoba untuk mencapai keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi menggunakan mekanisme yang disebutnya ekuilibrasi. Keseimbangan membantu menjelaskan bagaimana anak-anak dapat berpindah dari satu tahap pemikiran ke tahap berikutnya.

Keseimbangan membantu menjelaskan bagaimana anak-anak dapat berpindah dari satu tahap pemikiran ke tahap berikutnya.

Piaget percaya bahwa semua pemikiran manusia mencari keteraturan dan tidak nyaman dengan kontradiksi dan inkonsistensi dalam struktur pengetahuan. Dengan kata lain, kita mencari ‘keseimbangan’ dalam struktur kognitif kita. Keseimbangan terjadi ketika skema anak dapat menangani sebagian besar informasi baru melalui asimilasi. Namun, keadaan disekuilibrium yang tidak menyenangkan terjadi ketika informasi baru tidak dapat dimasukkan ke dalam skema yang ada (asimilasi).

Piaget juga percaya bahwa perkembangan kognitif tidak berkembang pada tingkat yang stabil, melainkan dalam lompatan dan batas. Keseimbangan adalah kekuatan yang mendorong proses belajar karena kita tidak suka frustrasi dan akan berusaha mengembalikan keseimbangan dengan menguasai tantangan baru (akomodasi). Setelah informasi baru diperoleh, proses asimilasi dengan skema baru akan berlanjut sampai waktu berikutnya kita perlu melakukan penyesuaian terhadapnya.

 

Teori perkembangan kognitif Piaget membantu menambah pemahaman kita tentang pertumbuhan intelektual anak-anak. Pada sisi lain, teori Piaget juga menekankan bahwa anak-anak bukan hanya penerima pengetahuan yang pasif. Sebaliknya, anak-anak terus-menerus menyelidiki dan bereksperimen saat mereka membangun pemahaman mereka tentang bagaimana dunia bekerja.

Tulisan selanjutnya akan membahas terkait tahapan perkembangan kognitif Piaget.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *