Fakta Menarik Hubungan Kelekatan dan Pengasuhan Ayah dengan Anak

 

Laila Nur Fitria*

ما من مولود إلا يولد على الفطرة

“Tidak ada anak yang dilahirkan melainkan diatas fitrah.”(H.R. Abu Hurairah)

Anak merupakan suatu titipan dan anugerah terbesar dari Allah Swt yang diberikan kepada orangtua. Keberadaan anak sangat dinantikan oleh setiap orangtua sebagai penyempurna dalam kebahagiaan keluarga. Berdasarkan hadits diatas pula bahwa seorang anak merupakan fitrah yang harus dijaga serta dipelihara dengan penuh cinta dan kasih sayang. Dengan adanya seorang anak dapat memberikan warna tersendiri serta keunikannya masing-masing. Oleh karena itu, tugas orangtua dalam hal ini memberikan kasih sayang, mendidik, serta mengarahkan pada hal yang baik sebagai bekal masa depan. Berdasarkan hadits tersebut diatas bahwa anak merupakan fitrah yang harus dijaga serta diberikan bimbingan, pendidikan, serta penghidupan yang sesuai serta layak. 

Sering kita melihat disekitar kita kedekatan/ kelekatan antara seorang anak perempuan dengan ayahnya. Hal tersebut merupakan suatu hal yang lumrah dan terjadi pada setiap keluarga. Seorang ayah cenderung lebih dekat dengan anak perempuannya. Anggapan tersebut didukung dengan suatu pernyataan yang berkembang di masyarakat bahwa jika anak perempuan akan lebih dekat dengan ayahnya dibandingkan dengan ibunya. Bahkan, bagi beberapa anak perempuan, sosok ayah merupakan sosok yang selalu melekat di hati hingga mereka dewasa. Meski kebanyakan anak perempuan kesal terhadap sikap ayahnya yang terkadang over protektif, ia pasti paham betul bahwa maksud ayahnya tersebut adalah untuk kebaikannya. Lalu apasih yang disebut dengan kelekatan itu sendiri? Serta bagaimana pola pengasuhan yang tepat diterapkan oleh orangtua?

Kelekatan adalah ikatan emosional bertimbal balik antara anak dan orang tua, yang masing-masing berkontribusi terhadap kualitas hubungan kedua pihak tersebut. Kelekatan memiliki nilai adaptif bagi anak, yang memberi kepastian bahwa kebutuhan fisik, psikologis dan sosial anak akan terpenuhi. Kelekatan (attachment) dapat diartikan pula sebagai suatu ikatan hubungan antara orangtua yang dibangun untuk mengoptimalkan pertumbuhan serta perkembangan anak. 

Sebaliknya jika terdapat seorang anak yang sejak kecil dimulai dari usianya bayi sudah bersama pengasuhnya ketika kedua orangtuanya sibuk bekerja. Maka secara otomatis, ia akan lebih mempunyai kelekatan dengan pengasuhnya yang setiap hari mengalami hubungan serta komunikasi intens. Namun, orangtua tersebut juga dapat membangun kelekatan dengan menyisihkan waktunya untuk lebih dekat dengan anaknya. Menurut Bowlby ia mengatakan bahwa kelekatan tidak secara tiba-tiba muncul, melainkan terdapat beberapa fase, yakni ada 4:

Pada fase pertama dimulai dari usia (0-3 tahun) atau yang disebut dengan tahap pra-lampiran. Dimana secara insting bayi langsung menangkap serta merespon kelekatan pada sosok yang bersama dengannya. Fase kedua mulai dari usia (6 weeks-7 months) atau kelekatan tanpa pandang bulu. Kemudian fase ketiga dari usia (7-11 months) dimana bayi sudah mengerti akan kehadiran ibunya dan ingin terus dekat dengannya. Dan yang terakhir yakni usia 9- seterusnya, pada fase ini bayi akan merasa sangat aman dengan hubungan kelekatan antara dirinya bersama ibu ataupun pengasuhnya. 

Selain itu pula, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan anak mudah dalam memiliki kelekatan yakni seperti peluang ketertarikan yang besar, kemudian pola pengasuhan yang berkualitas juga menjadi faktor penentu terjadinya kelekatan antara orangtua dengan anaknya. Berkaitan dengan kelekatan antara orangtua dengan anaknya, terdapat pula beberapa pola pengasuhan pada anak sehingga anak memiliki kelekatan. 

Pola asuh (parenting) merupakan pola pengasuhan orang tua terhadap anak, yakni bagaimana orang tua memperlakukan anak, mendidik, membimbing dan mendisiplinkan serta melindungi anak dalam mencapai proses kedewasaan sampai dengan membentuk perilaku anak sesuai dengan norma dan nilai yang baik dan sesuai dengan kehidupan masyarakat. Ada beberapa pola pengasuhan anak diantaranya yakni pola asuh otoriter, pola pengasuhan demokratis, serta pola pengasuhan permisif. Seperti yang kita ketahui, pola pengasuhan otoriter yaitu pola pengasuhan yang terstuktur dengan jelas, sedangkan pola pengasuhan demokratis artinya orangtua mendukung segala apa yang menjadi kehendak anak, namun tetap dalam pengwasan. 

Sedangkan pola pengasuhan permitive merupakan pola asuh yang membiarkan anak. Pola Permisif adalah Pola asuh ini ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas pada anak untuk berperilaku sesuai dengan keinginannya berdasarkan masih pada hal dan semestinya. Hal tersebut yang segegra bentuk sebagai ungkaoan rasa syukur pada Allah Swt. 

Berdasarkan pola pengasuhan tersebut, hal itulah yang menjadi penyebab terjadinya kelekatan antara seorang anak dengan ayahnya. Tak terkecuali kedekatan antara seorang ayah dengan anak perempuannya. Meskipun anak perempuan mempunyai saudara laki-laki, akan tetapi sosok ayah tidak akan pernah tergantikan. Sebuah penelitian dengan judul The Impact of Fathers on Children oleh Peter B. Gray, PhD. and Kermyt G. Anderson, PhD., menemukan bahwa ada dampak positif yang bisa dilihat dari keterlibatan ayah sebagai orangtua pada anak-anaknya, seperti membangun perilaku sosial, etika, dan kesadaran diri. 

Kelekatan antara seorang ayah dan anak perempuan juga dipengaruhi oleh pengasuhan orangtuanya sedari kecil. Kemudian banyak pula ayah yang menerapkan pola pengasuhan otoriter dalam menjaga anak perempuannya. Apakah kamu termasuk yang demikian? Berikut beberapa fakta dibalik chemistry / kelekatan antara ayah dan anak perempuannya.

Fakta menarik yakni anak perempuan akan menganggap bahwa ayah adalah lelaki pertama dalam hidupnya. Ayah akan menjadi overprotektif terhadap anaknya perempuan dalam segala hal. Hubungan antara ayah dan anak perempuan misalnya, ayah adalah pria pertama yang ditemui anak perempuannya. Banyak yang bilang ayah adalah cinta pertama anak perempuan. Kedekatan hubungan dan anak yang baik ternyata memiliki pengaruh besar saat anak perempuan tumbuh dewasa.

Sebuah penelitian yang dilakukan di University of Oxford, Inggris menemukan bahwa anak perempuan yang dekat dengan ayahnya cenderung tidak menghadapi masalah kesehatan mental di masa depan saat tumbuh jadi perempuan dewasaDengan kata lain, anak akan jadi lebh tangguh dan tahan banting menghadapi kehidupan karena banyak belajar dari ayahnya.

Dukungan penuh ayah terhadap anak perempuannya juga mampu membuat anak tumbuh dewasa secara mandiri dan percaya diriJadi, sepenting itu peran ayah dalam hidup setiap anak perempuan.

Jadi, dapat dikatakan bahwa anak perempuan merupakan jantung hati ayahnya. Begitupun ibu juga memiliki peran yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak dalam pengawasan . baik teman-teman, segitu dulu ya artikel kali ini, semoga bermanfaat.

*Mahasiswa PIAUD UIN Malang Angkatan 2021

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *