Bagaimana Emosi Bahagia Berperan Dalam Meningkatkan Kesehatan Tubuh?

Kolom Mahasiswa

Oleh: Wardah Nuril Kamilah*

Ketika merasakan bahagia, saraf dalam tubuh akan membuat tubuh menjadi lebih sehat dan bugar sehingga emosi bahagia dapat meningkatkan kesehatan tubuh.

Apa yang kita rasakan saat bahagia?

Kita tersenyum, tertawa, dan melakukan beberapa gerakan dengan bersemangat (LoBue dkk., 2019). Saat kita merasa bahagia ada hormon yang memiliki keterkaitan dengan rasa bahagia, yakni hormon dopamin dan serotonin. Kedua hormon ini akan dilepaskan menuju sistem saraf pusat ketika seseorang merasakan bahagia. Adapun tanpa kita sadari pada saat bahagia, jantung kita berdetak lebih kencang dan bagian pipi kita akan terlihat lebih merona. Hal ini terjadi karena rasa bahagia dapat mempengaruhi sistem sirkulasi tubuh seseorang (Ma’as, t.t.).

Kondisi emosi yang baik dapat dilihat dari bagaimana seseorang itu bisa mengendalikan berbagai macam respon yang terjadi di kehidupannya. Seseorang yang memiliki kondisi emosi yang stabil dapat merespon hal-hal yang terjadi disekitarnya dengan tanggapan yang positif. Bahagia merupakan bentuk emosi positif, sehingga orang yang bahagia cenderung merespon suatu hal dengan respon yang positif.

Bagaimana cara kita agar dapat mengetahui kondisi emosi seseorang?

Menurut Veenhoven (2008) cara agar dapat mengetahui kondisi emosi seseorang dapat dilihat dari cara dia merespon suatu keadaan yang kurang baik. Ketika dia merespon dengan cara yang baik, maka dia sedang dalam kondisi emosi yang baik. Begitupun sebaliknya, ketika seseorang merespon dengan kondisi emosi yang buruk, maka ia akan bersikap kurang baik ketika mendapati masalah atau kejadian yang buruk (Ambarita, 2019).

Bagaimana kondisi tubuh yang bahagia dapat meningkatkan kesehatan tubuh?

Terdapat suatu hubungan antara kondisi emosional seseorang dengan kualitas hidupnya. Hal ini bisa saja terjadi karena disebabkan oleh adanya sistem neurologi yang terdapat pada sistem limbikus pada otak. Dalam sebuah emosi yang memiliki keterkaitan dengan psikologi seseorang memiliki perantara, perantara itu berbentuk hormone dan neurotransmitter untuk dapat meregulasi tubuh secara menyeluruh.

Neurotransmitter adalah sebuah senyawa kimia yang dipakai sel untuk berkomunikasi dari sistem neuro, sedangkan untuk hormone merupakan mediator kimia yang dipakai dari system endokrin. Untuk mengatur kondisi emosi system fisiologis tubuh yakni neurotransmitter akan ikut berperan, ada juga dopamine norephinephrine, serotonim dan juga oksitosin. Sedangkan untuk hormone terdapat kortisol, adrenalin dan melatonin.

Ketika kita berada pada kondisi bahagia, kita akan menghasilkan dopamine dan serotonim kedua hal inilah yang menjadikan tubuh bersemangat, memilliki dorongan yang kuat untuk melakukan aktifitas, salah satunya yakni dengan berolahraga. Neurotransmitter bekerja dalam waktu yang singkat untuk mempertahankan kondisi bahagia yang dihasilkan oleh neurotransmitter oksitosin. Ketika rasa bahagia dianggap mulai pudar dan oksitosin sudah mengurang efeknya, maka akan ada rasa ‘jenuh’ atau dapat disebut sebagai masa kritis, tubuh kita akan memberikan pilihan pada kita untuk melanjutkan perasaan bahagia atau menghentikan perasaan itu. Jika tubuh kita memilih untuk mempertahankan perasaan tersebut, maka hal ini akan berpindah pada suatu hal yang disebut komitmen. Kemudian, ketika kita sudah melewati fase komitmen maka rasa bahagia akan dapat bertahan secara terus menerus oleh tubuh, hal ini bersifat tidak flutuaktif atau hanya sementara dan hal ini pastinya memberikan efek positif pada tubuh (Ambarita, 2019).

Jadi penjelasan diatas mendefinisikan bagaimana sistem neurologi mendukung emosi bahagia agar dapat bekerja dalam meningkatkan kesehatan tubuh. Menurut Seligman (2005) mengemukakan bahwa ada 6 nilai keutamaan yang tergambar di dalam 24 karakteristik kekuatan yang dapat membantu seseorang agar merasakan kebahagiaan atau mempertahankan kebahagiaan yang dimiliki oleh seseorang. Berikut 6 nilai itu diantaranya:

  1. Keutamaan (virtue of widsom and knowledge), nilai ini berkaitan dengan pengembangan kemampuan kognitifnya.
  2. Keutamaan (virtue of courage), nilai ini memiliki keterkaitan dengan keberanian.
  3. Kepahlawanan dan ketegaran (valor and bravery), nilai ketiga ini mencerminkan bahwa individu itu berani ketika muncul ancaman, tantangan, kepedihan, dan kesulitan saat dirinya terancam.
  4. Nilai keutamaan yang berkaitan dengan kemanusiaan dan cinta (virtue of humanity and love), dalam nilai ini dapat diperlihatkan dengan bagaimana interaksi dengan lingkungan sosialnya.
  5. Keadilan (virtue of justice), nilai ini muncul pada lingkup masyarakat dan hubungan interpersonal.
  6. Keutamaan yang berkaitan dengan kesederhanaan (virtue of temperance), pada nilai ini terkandung bagaimana mengekspresikan keinginan diri dengan pantas dan wajar (Harmaini & Yulianti, 2016).

Menurut P. Alex Linley (2006) ia melihat manusia itu dengan pandangan positif, sehingga dalam menilai manusia ia tidak berfokus pada permasalahan psikologinya saja, akan tetapi juga berfokus pada kesejahteraan psikologis, makna kehidupan dan kesehatan mental. Jadi ketika energi bahagia yang kita timbulkan pada tubuh sangat kuat, maka saraf yang ada dalam tubuh akan bekerja untuk membuat badan lebih sehat dan bugar (Jusmiati, 2017).

*Mahasiswa PIAUD UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Angkatan 2022

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *