Kolaborasi Sukses: Seminar Parenting PIAUD UIN Malang dan Halal Bi Halal TK Islam Al Ikhlas Angkat Tema “Memotivasi Anak Melalui Bahasa Cinta”

Cara menyampaikan dan menyalurkan rasa sayang untuk anak itulah yang dinamakan bahasa cinta (Love Language).

Kutipan tersebut merupakan ucapan yang disampaikan pemateri dalam acara seminar parenting yang diselenggarakan oleh mahasiswa asistensi mengajar PIAUD UIN Malang. Acara ini juga mencakup acara halal bi halal di masjid al Ikhlas dan dihadiri oleh para orang tua murid. Kegiatan yang dilaksanakan pada Rabu (24/04/24) kemarin bertempat di Masjid Al-Ikhlas.  Pemateri sendiri, Ibu Imro’atul Hayyu Erfantinni M. Pd, merupakan dosen bidang bimbingan konseling PIAUD UIN Malang.

Sapaan Hangat dari Putri Septia Mahasiswa UIN Malang Membuka tirai acara dengan menyambut seluruh tamu dan peserta yang hadir. Diawali dengan bacaan  ummil Qur’an Suratil Fatihah, sebagai pembuka dalam acara halal bihalal dan parenting. Kemudian sambutan sekaligus pesan mendalam dari kepala sekolah Ibu Lilik Hidayati S. Psi tentang pentingnya memahami bahasa cinta anak untuk membentuk ikatan emosional yang kokoh dan mendukung perkembangan mereka di dunia pendidikan yang penuh tantangan. Hal inilah yang menjadi dasar pertimbangan untuk mendatangkan pemateri tentang bagaimana cara memahami bahasa cinta pada anak dalam pengasuhan.

Seminar parenting dimulai pukul 08.30 – 09.30 WIB, meskipun berlangsung singkat akan tetapi kegiatan berjalan dengan interaksi yang intens antara pemateri dan peserta. Sebagian peserta didominasi oleh ibu ibu yang mendengarkan dan sesekali memberi tanggapan langsung terkait materi.

Pemateri menyampaikan bahwa perlunya menerapkan love language untuk menunjang optimalisasi tumbuh kembang anak. Adapun bentuk love language ada 5 yakni sentuhan fisik, kata-kata afirmasi, quality time, pemberian hadiah, dan memberikan pelayanan.

Sembari berbincang pemateri sesekali menyapa anak dengan bertanya, “Apakah kamu sayang mama?”, kemudian anak menjawab “Iya, karena aku diberi mainan ultramen oleh mama”. Hal hal sederhana seperti ini akan menancap dimemori anak, karena anak merasa bahagia.

Lebih lanjut pemateri menjelaskan bentuk love language dengan memberikan hadiah bisa menjadi ekspresi cinta yang kuat dan tetap bermakna dikemudian hari. Hadiah yang paling bijaksana bisa menjadi simbol cinta sejati.

“Ma, hal apa yang biasanya mama berikan pada anak dari salah satu kelima bentuk love language?”

Pertanyaan ini disampaikan pemateri pada peserta, yang kemudian terdapat beberapa jawaban dari peserta yang hadir, diantaranya memberi jawaban memasak bersama, quality time, dan menonton TV bersama.

Quality time berarti memfokuskan/mencurahkan perhatian anak. Ini adalah hadiah untuk hadir dan memberi tahu seorang anak, “kamu penting dan aku suka menghabiskan waktu bersamamu”. Anak merasa dicintai karena orang tua memilih untuk menghabiskan waktu sendirian dengan mereka.

Masih dengan ranah bahasa cinta , sentuhan fisik merupakan ungkapan kasih sayang pada anak yang ditunjukan dengan berbagai cara kontak fisik atau sentuhan. Melalui stimulus ini akan membantu membangun ikatan emosional, serta memicu munculnya hormon eksitosin yang menimbulkan kebahagiaan. Hal yang dilakukan diantaranya duduk di dekat atau samping anak, memberikan banyak ciuman, atau pelukan dsb.

Sebagai penutup, Ibu Hayyu menyampaikan pentingnya memahami karakter dan bahasa cinta seperti apa yang baiknya diberikan kepada anak. Kemudian beliau melanjutkan bahwa bahasa cinta yang diberikan orang tua pada anak juga mempengaruhi kelekatan antara keduanya.

Seminar parenting pada kesempatan kali ini ditutup dengan tanggapan positif orang tua serta pihak sekolah dalam upaya memahami bahasa cinta yang diberikan orang tua pada anak. Pada saat sharing session terdapat 2 audience yang melontarkan pertanyaan, adapun pertanyaan yang disampaikan yaitu:

  1. Apakah pemberian bahasa cinta bisa mempengaruhi pertumbuhan anak?
  2. Bagaimana cara mengatasi sikap anak yang mendapat doktrin dari luar sehingga tidak menganggap saya sebagai ibunya?
  3. Bagaimana cara mengatasi anak yang aktif bicara, bahasa cinta seperti apa yang sebaiknya diberikan?

Kegiatan sharing session berlangsung selama 30 menit yang kemudian ditutup dengan do’a dan halal bi halal.

 

Kontributor: Ika Nur Fitriana, ⁠Luthfiyatul Azimah, Prasasti Widyasari, Putri Septianingrum, Sandrina Hanum Evaliana

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *