Membangun Sikap Toleransi dan Cinta Damai melalui Permainan Tradisional Sejak Dini

Di tengah arus informasi dan perkembangan teknologi yang begitu pesat, permainan tradisional yang semestinya menjadi salah satu identitas bangsa Indonesia perlahan mulai terlupakan dan tergantikan oleh permainan digital. Permainan tradisional tidak hanya menjadi warisan budaya yang harus dilestarikan, namun juga dapat menjadi sarana belajar yang menyenangkan bagi anak. Berbagai stimulus akan lebih mudah diterima anak secara optimal melalui bermain dan tentu akan menunjang perkembangan psikomotor, kognitif, dan sosioemosional bagi mereka.

Dalam salah satu rangkaian acara Pekan Kunjung Perpustakaan 2022 yang diadakan mulai tanggal 1 hingga 14 September 2022, terdapat salah satu agenda menarik yakni bedah buku “INTalk”. Agenda tersebut diselenggarakan oleh Perpustakaan Pusat UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang bekerjasama dengan INTrans Publishing. Buku yang akan diulas dalam acara tersebut yakni “Menjaga Identitas, Membangun Cinta Damai” yang ditulis oleh Prof. Drs. H. Toho Cholik Mutohir, M.A, Ph.D (Guru Besar Universitas Negeri Surabaya) dan Dr. Toni Kogoya, S.Pd, M.Pd (Dosen Universitas Cendrawasih Papua).

Bapak Toni Kogoya, selaku penulis buku tersebut menyampaikan bahwa permainan tradisional saat ini mulai terkikis zaman. Padahal, Indonesia sangat kaya akan permainan tradisional yang diwariskan oleh nenek moyang secara turun temurun. Beberapa sekolah formal yang semestinya mengenalkan dan memfasilitasi hal tersebut justru lebih fokus pada capaian akademik anak. Padahal permainan tradisional memiliki banyak manfaat, di antaranya yakni mengembangkan kemampuan fisik motorik, kognitif, dan psikososial anak. permainan tradisional juga melatih sikap toleransi dan cinta damai yang semestinya juga ditanamkan sejak usia kanak-kanak. Oleh karena itu, beliau menulis buku yang memuat tentang ratusan permainan tradisional yang dapat diterapkan pada sekolah beserta indikator penilaiannya.

Lebih lanjut, Dr. Eko Setiawan, S.Pd, M.Pd selaku Dosen Universitas Islam Malang sekaligus pembedah buku pertama mengungkapkan bahwa buku tersebut sangat menarik untuk dibaca. Sebab, saat ini jarang sekali masyarakat yang membahas tentang pentingnya permainan tradisional yang akan berdampak pada karakter anak bangsa. Pembedah buku kedua sekaligus Ketua Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD), yakni Akhmad Mukhlis, S.Psi, MA juga mengemukakan bahwa permainan tradisional yang lebih banyak melibatkan fisik mengingatkan beliau pada salah satu pelajaran yang paling disukai anak yaitu olah raga. Setelah melakukan aktivitas outdoor dalam pembelajaran, anak cenderung lebih senang dan nyaman sehingga akan lebih mudah menyerap pembelajaran di hari tersebut. Kedua pembedah buku juga senada menyampaikan bahwa buku tersebut dapat dikembangkan lebih baik lagi, utamanya terkait dengan indikator apa saja yang dapat dikembangkan dalam setiap permainan.

Agenda bedah buku dihadiri oleh mahasiswa/i dari berbagai kampus seperti Universitas Negeri Malang, Universitas Brawijaya, maupun dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Agenda yang diselenggarakan secara hybrid — yakni daring dan luring secara bersamaan ini mendapat banyak apresiasi dan dukungan. Harapannya, anak bangsa di masa mendatang tidak melupakan berbagai permainan tradisional serta mampu menunjukkan sikap toleransi dan cinta damai di manapun berada.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *