Mengenal Rasa Takut Pada Anak Usia Dini dan Cara Mengatasinya

Kolom Mahasiswa

Oleh: Dita Aulia Putri*

Peran orang tua sangat penting ketika anak menghadapi rasa takut. dengan memberi dukungan dan perhatian, anak dapat merasa nyaman dan aman sehingga dapat mengontrol emosinya.

Perasaan takut dapat berakibat buruk bila menimbulkan perasaan-perasaan yang menegangkan. Sebenarnya, anak membutuhkan rasa takut untuk mengetahui apa saja yang berbahaya dan tidak berbahaya, agar anak bisa melindungi diri dari hal atau situasi yang berbahaya. Takut adalah perasaan terancam oleh suatu objek yang dianggap membahayakan.  Menurut Hellen Ross perasaan takut adalah suatu perasaan pokok dan begitu erat hubungannya dengan harkat mempertahankan diri (Simanjuntak, 1984). Misalnya mempertahankan diri dari bahaya yang berasal dari luar seperti, orang asing, binatang maupun benda-benda yang membahayakan lainnya.

Rasa takut terhadap sesuatu berlangsung melalui beberapa tahapan, yaitu mula-mula anak tidak takut, karena anak belum sanggup melihat kemungkinan bahaya yang terdapat pada objek. Kemudian, muncul rasa takut setelah mengenal adanya bahaya, dan selanjutnya rasa takut bisa hilang setelah anak mengetahui cara-cara menghindari bahaya.

Anak-anak biasanya takut ketika mengahdapi stimulus besar, misalnya, suara keras dan menakutkan, dingin atau panas yang berlebihan, cahaya yang menyilaukan. Selain itu, anak juga takut dengan kejadian yang tidak terduga atau suasana yang tak terduga. Respon rasa takut anak itu normal muncul dalam bentuk tangisan atau teriakan. Ketakutan semacam itu adalah ketakutan yang wajar. Tapi dengan rangsangan tidak normal yang terlalu besar sehingga dapat dikatakan bahwa hal tersebut menyebabkan kecemasan yang berlebihan pada anak maka hal ini dapat dikatakan masalah. Misalnya, pada saat istirahat di dalam kelas anak melihat kucing yang sedang tidur di pojok ruangan, tiba-tiba anak berteriak sekencang-kencangnya.

Takut juga dapat terjadi karena peniruan guru, orang tua atau teman. Oleh arena itu, dalam mendidik anak jangan menggunakan cara yang menimbulkan rasa takut pada anak. Ketakutan dapat dibesar-besarkan jika disertai dengan ancaman atau hukuman. Oleh karena itu, mengancam dan menghukum harus dihindari dalam mendidik seorang anak. Kebiasaan dan memori anak pada pengalaman yang tidak menyenangkan berperan penting dalam menimbulkan rasa takut, seperti cerita-cerita, gambar-gambar, dan acara program televisi atau radio dengan unsur-unsur yang menakutkan.

Biasanya reaksi pertama anak terhadap rasa takut adalah panik, diikuti dengan berlari, bersembunyi, dan menangis. Contoh Ketika anak sedang menonton drakula di televisi, setelah beberapa menit kemudian anak tidak lagi berani melihat benda-benda yang berwarna merah, karena di dalam film drakula tersebut warna mata drakula berwarna merah. Bila anak berada di ruangan yang kurang cahaya dan ada benda berwarna merah, anak berteriak dan tidak mau berada di ruangan tersebut.

Setidaknya 50% anak-anak takut akan ketakutan umum, yaitu takut pada anjing, situasi gelap, suara guntur dan takut pada hantu. Pada saat yang sama, 10 dari mereka memiliki dua atau lebih ketakutan yang serius. Artinya beberapa anak sangat takut pada anjing, situasi gelap, suara guntur dan hantu. Ketakutan sangat umum antara usia 2-6 tahun. Pada usia 2-4 tahun, anak   sering mengalami ketakutan seperti, takut pada bianatang, badai, situasi gelap dan orang asing. Kemudian ketakutan berkurang pada usia 5 tahun dan menghilang pada usia 9 tahun.

Terdapat beberapa ciri-ciri yang menunjukkan bahwa anak sedang merasa takut, diantaranya seperti, menangis dan mengeluh secara berlebihan, menghindari situasi atau objek tertentu yang memicu rasa takutnya, bersikap pasif, tidak aktif, dan terlihat lesu Ketika dihadapkan pada situasi atau objek yang menakutkan, terlihat gelisah, cemas, ataupun panik dengan tingkat aktivitas fisik seperti gemetar atau   berkeringat, dan perubahan pola tidur dan makan karena gangguan emosi. Namun perlu diingat bahwa setiap anak memiliki cara bereaksi yang berbeda-beda terhadap rasa takutnya sehinhga tidak semua anak akan menunjukkan tanda-tanda tersebut.

Berikut ada beberapa cara yang dapat membantu mengatasi rasa takut pada anak usia dini, yaitu:

1. Membuat suasana yang aman dan nyaman

Yaitu dengan menciptakan lingkungan yang nyaman, ramah anak, dan bebas dari ancaman untuk membantu mengurangi katakutan pada anak.

2. Berbicara dengan lembut dan memberikan dukungan

Yaitu dengan berbicara dengan tenang pada anak untuk menenangkan dirinya serta beri pengertian bahwa dia selalu dilindungi oleh orang tua atau keluarga.

3. Memberikan informasi secara bertahap

Jangan terlalu mendadak memberitahu tentang situasi atau objek yang menimbulkan rasa takut pada anak karena bisa memperburuk kondisi psikologisnya. Berikan informasi secara bertahap agar ia bisa lebih mudah menerima.

4. Mengajarkan teknik relaksasi

Anak perlu belajar bagaimana meralaksasikan tubuhnya saat cemas atau khawatir seperti bernafas dalam-dalam, meditasi sederhana ataupun olahraga ringan.

5. Melibatkan mainan kesayangan

Mainan kesayangan bisa menjadi teman bagi anak sehingga membuatnya sedikit tenang.

Dalam menghadapi rasa takut pada anak usia dini, penting bagi orang tua untuk memberikan perhatian dan dukungan yang tepat agar anak dapat merasa aman dan nyaman. Selain itu, dengan membuat lingkungan yang positif serta memberikan informasi secara bertahap, anak-anak bisa belajar bagaimana menghadapi rasa takutnya secara efektif.

*Mahasiswa PIAUD UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Angkatan 2022

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *