Anak-Anak dan Ketakutan: Menguak Rahasia Dunia Batin Mereka

Kolom Mahasiswa

Oleh : Lailatul Arofah*

Seorang anak tidak akan gugup jika tidak merasa takut oleh karena itu orang tua harus memperhatikan dan mengetahui penyebab rasa takut ,orang tua juga harus memberi rasa aman dan nyaman dan kita juga tidak perlu menertawakan rasa takut si kecil ,jika seorang anak memiliki sifat penakut yang berlebihan dia akan menjadi tidak berani dalam mengambil Tindakan atau keputusan dalam hidupnya.

Seperti apakah itu takut ? ,yang sering kita dengar bahkan kita sendiri sering mengalaminya yang diartikan sebagai perasaan tidak nyaman atau merasa bahaya pada diri sendiri. Perasaan takut akan berdampak negative jika menimbulkan perasaan-perasaan yang tegang, perasaan takut juga dibutuhkan oleh anak sehingga anak tahu mana hal-hal yang berbahaya dan mana yang tidak dan itupun anak akan melindungi dirinya dari keadaan yang berbahaya tersebut.(Konaro, n.d.)

Menurut (1981) takut yaitu emosi yang kuat dan tidak menyenangkan yang di sebabkan oleh kesadaran atau antisipasi akan adanya suatu bahaya. Ketakutan yang tidak beralasan dan sangat kuat merupakan hasil dari keadaan panik.(2017)

Adapun beberapa emosi dasar pada rasa takut:

  1. Kecemasan Ketika rasa takut muncul pada anak

Rasa cemas termasuk suatu keadaan saat anak merasakan suatu kekawatiran yang berlebihan yang dapat mempengaruhi emosi anak menjadi tidak stabil.faktor umum penyebab terjadinya gangguan kecemasan pada anak terutama pada anak yang baru memasuki lingkungan sekolah ataupun pengaruh dari keluarga. Gangguan kecemasan (anxiety disorder) yaitu gangguan psikologis yang mencangkup ketegangan motoric (bergetar ,tidak dapat duduk tenang, tidak dapat bersantai), hiperaktivitas (pusing,jantung yang berdetak cepat dan juga berkeringat) dan harapan-harapan dan pikiran-pikiran yang mendalam. Gangguan kecemasan berbeda dari kecemasan sehari-hari yang mungkin kita alami.kecemasan ini tidak dapat dikendalikan ,tidak dapat di proposional bila dibandingkan dengan bahaya nyata yang mungkin dihadapi, dan gangguan sehari-hari orang tersebut. Anak yang menderita gangguan ini biasanya mengalami kesulitan dalam pergaulan dan mengalami perasaan cemas yang berlebihan sebelum gangguan itu datang. Dalam menanggulangan kecemasan itu orang tua ataupun guru meneliti terlebih dahulu, bagaimana hubungan anak dengan anggota keluarga, teman-temannya di sekolah dan juga lingkungan lainya.(2022)

  1. Anak tersiksa Ketika kekerasan muncul

Tindakan kekerasan pada anak membawa dampak emosional dan fisik kepada korbanya contohnya seperti sekarang banyaknya anak sebagai korban kekerasan seksual dan dampaknya mengalami stress, depresi, goncangan jiwa, rasa takut bergaul dengan orang lain. Kekerasan seksual juga cenderung menimbulkan dampak traumatis baik pada anak maupun pada orang dewasa .banyaknya korban sulit mempercayai orang lain sehingga merahasiakan peristiwa kekerasan seksualnya, karena mereka merasa terancam akan mengalami konsekuensi lebih buruk bila melapor, anak merasa malu untuk menceritakan peristiwa kekerasan seksualnya,

anak merasa bahwa peristiwa kekerasan seksual itu terjadi karena kesalahan dirinya. Dari banyaknya pelecehan pada anak ,anak menjadi tersiksa dan Ketika dewasa anak mengalami fobia pada hubungan seks atau bahkan lebih parahnya anak akan terbiasa dengan kekerasan sebelum melakukan hubungan seksual.bisa juga setelah menjadi dewasa, anak tersebut akan mengikuti apa yang dilakukan kepadanya semasa kecilnya.(2015)

  1. Anak merasa gugup dalam melakukan sesuatu

Setiap orang pasti menginginkan anaknya menjadi yang terbaik seperti anak sebayanya, oleh karena itu orang tua mendidik anaknya dengan cara yang baik. Banyak orang yang mengatakan bahwa Pendidikan keluarga dipengaruhi oleh pola asuh orang tua ,sehingga pola asuh orang tua memiliki dampak bagi perkembangan anak. Salah satunya pola asuh yang di terapkan dalam keluarga yang otoriter yaitu mengakibatkan anak menjadi kurang inisiatif ,mudah gugup ,ragu-ragu dalam bertindak, suka membangkang, dan suka menentang kewibawaan orang tua. banyaknya anak yang mengalami kerusakan perilaku karena tuntutan orang tua terhadap anak,tuntutan belajar setiap hari yang terlalu keras, pemaksaan untuk melakukan sesuatu secara terus menerus dan lain sebagainya.(2020)

Seorang anak tidak akan gugup jika tidak merasa takut oleh karena itu orang tua harus memperhatikan dan mengetahui penyebab rasa takut ,orang tua juga harus memberi rasa aman dan nyaman dan kita juga tidak perlu menertawakan rasa takut si kecil ,jika seorang anak memiliki sifat penakut yang berlebihan dia akan menjadi tidak berani dalam mengambil Tindakan atau keputusan dalam hidupnya.

*Mahasiswa Angkatan 2022 PIAUD Uin Maulana Malik Ibrahim Malang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *