Memahami dan Mengelola Emosi Sedih

Kolom Mahasiswa

Oleh: Annisa Rosanna Basae*

Sedih merupakan bagian normal dari pengalaman manusia sebagai bentuk respon terhadap pengalaman tersebut.

Emosi sedih merupakan salah satu aspek yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Seperti emosi lainnya, sedih memiliki peran penting dalam pengalaman dan kesejahteraan kita sebagai manusia. Meskipun sering kali dianggap sebagai emosi yang tidak menyenangkan, sedih memberikan kita kesempatan untuk memahami dan merespons berbagai situasi kehidupan. Sedih merupakan emosi yang sering ditandai oleh perasaan yang tidak beruntung seperti kegagalan, kehilangan, dan ketidakberdayaan. Paul Ekman mengemukakan bahwa kesedihan dapat digambarkan dengan perasaan bingung, kecewa, patah hati, haru, kecil hati, putus asa, bersedih hati, tidak berdaya, dan menyedihkan.

Emosi sedih adalah respons alami terhadap peristiwa atau situasi yang membuat kita merasa kehilangan, kecewa, atau terluka. Perasaan sedih dapat muncul akibat kegagalan, kerugian, patah hati, atau bahkan kesendirian. Hal ini merupakan bagian normal dari pengalaman manusia dan dapat terjadi dalam berbagai tingkatan intensitas. Emosi sedih juga dapat bermanfaat karena memberi sinyal bahwa sesuatu tidak berjalan dengan baik, memicu refleksi diri, dan mempengaruhi perubahan yang lebih baik.

Emosi yang ada pada anak relatif lebih singkat atau mudah berubah-rubah. Karena emosi anak biasanya diungkapkan dalam bentuk tindakan. Berbeda dengan orang dewasa yang emosinya relatif lebih lama. Emosi yang ada pada anak lebih kuat dan hebat (Dewi, 2020). Pada anak, emosi yang sering dimunculkan yaitu, kesedihan, kemurungan, kebahagiaan, humor, dan lain sebagainya.

Menurut James dan Lange, emosi ditimbulkan dan dipengaruhi oleh perubahan jasmaniah individu. Misalnya, menangis itu karena sedih, tertawa itu karena gembira, lari itu karena takut, dan berkelahi itu karena marah. Lindsley mengemukakan teori yang disebut dengan “Activition Theory” yang berarti teori pergerakkan. Pada teori tersebut, disebutkan bahwa emosi disebabkan oleh pekerjaan keras dari susunan syaraf manusia terutama pada otak (Mahmud & Fajri, 2021).

Sedih atau sadness mempunyai ciri-ciri sendiri seperti menangis. Menangis merupakan respon emosional yang umum ketika seorang merasa sedih. Dengan menangis, anak bisa melepaskan emosi dan mengungkapkan kesedihan yang dirasakan. Selain itu, ciri-ciri sedih dapat berupa suasana hati yang buruk atau tidak baik, lesu, lebih memilih menarik diri dari aktivitas sosial, berpengaruh pada pola tidur, hilangnya minat pada kegiatan sehari-hari dan mempunyai pikiran-pikiran negatif seperti merasa tidak berharga dan meragukan diri sendiri.

Adapun beberapa penyebab umum munculnya emosi sedih yaitu:

  1. Kehilangan orang yang dicintai seperti kehilangan anggota keluarga, sahabat, teman dekat atau pasangan hidup. Dengan berduka dan kehilangan seseorang dapat memicu perasaan sedih yang mendalam.
  2. Gagal mencapai tujuan dan harapan seperti, anak yang tidak dituruti orang tua untuk membeli
  3. Perceraian orang tua yang menjadi salah satu factor penyebab stress dan kesedihan anak
  4. Perudungan atau

Keluarga adalah salah satu faktor yang bisa membantu anak agar bisa mengekspresikan dan mengelola emosi negatif. Karena anak sangat membutuhkan pengasuhan yang tepat untuk emosi termasuk emosi negatifnya. Jika orang tua mencontohkan dengan sikap emosi yang agresif, mudah marah, dan sering membentak-bentak atau bahkan memarahi akan menyebabkan perkembangan emosi anak akan menjadi negatif dan ketika dewasa nanti akan sulit mengelola emosi negatif yang ada pada dirinya.

Penting bagi orang tua dan pendidik untuk membantu mengelola kesedihan anak dengan cara yang positif. Salah satu pendekatan yang efektif adalah melalui kegiatan yang membantu anak mengungkapkan dan mengelola perasaan mereka dengan cara yang sehat. Adapun kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengelola emosi sedih yang dirasakan anak diantaranya seperti, mengajak anak untuk berbicara dan berbagi perasaan mereka, mengajak anak melukis, mewarnai, membuat kerajinan tangan. Kemudian, memberikan wadah bagi anak untuk mengekspresikan perasaan mereka baik melalui seni, bermain di luar ruangan, bersepeda, atau berpartisipasi dalam olahraga tim, serta mengajak anak untuk berinteraksi dengan teman sebaya atau anggota keluarga yang dapat memberikan dukungan emosional pada anak dan mengalihkan fokus dari perasaan sedih yang berlebihan. (Labudisari & Sriastria, 2018).

*Mahasiswa PIAUD UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Angkatan 2022

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *