Mematahkan Persepsi “Marah” antara Temperamen dengan Emosi

Kolom Mahasiswa

Maulidah Adelia*

Akhir-akhir ini kita disuguhkan berita tidak sedap. Fenomena pelanggaran hukum yang melibatkan anak dan remaja di Indonesia semakin meningkat.

Berdasarkan data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) berbagai permasalahan yang berkaitan dengan sosial emosi pada anak selama kurun waktu 2019-2021 semakin meningkat 50%. seperti kekerasan fisik, perselisihan antar pribadi, perusakan fasilitas umum, tawuran, serta kekerasan di sekolah (bullying). Tidak hanya itu, Saya sendiri kebetulan menyaksikan lebih banyak tentang kasus-kasus tersebut terutama pada kasus bullying di sekolah saya.

Kasus ini menunjukkan bahwa sifat agresif di kalangan remaja masih tinggi, salah satunya disebabkan oleh rendahnya kemampuan pengendalian emosi dan pengaruh pola asuh pada perkembangan emosional anak pada usia dini dulu. Tidak hanya itu, perkembangan sosial emosional anak juga dipengaruhi oleh emosi serta temperamen anak. Dimana kedua hal ini memang terlihat sama tapi pada dasarnya berbeda.

Di balik semua itu, banyak dari orangtua bahkan dari kita,  mengartikan bahwa temperamen hanya sebagai luapan emosi dan amarah yang meledak-ledak. Misalnya memukul atau membanting suatu barang karena tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Masyarkat pun mengartikan bahwa emosi sebagai ekspresi marah, padahal temperamen dan emosi  punya jenis dan juga definisi yang berbeda.

Temperamen

Secara umum temperamen tidak hanya tentang emosi namun sebenarnya tempramen merupakan komponen kepribadian mengenai bagaimana orang melakukan pendekatan dan memberikan respon terhadap dunia, baik kepada anak, adik maupun orang sekitarnya. Seperti bersikap terbuka atau pemalu.

Tak hanya itu, temperamen juga berpengaruh pada anak tentang  bagaimana ia menghadapi situasi. Misalnya seorang anak yang tidak suka kebisingan atau situasi baru, maka ia akan memiliki pengalaman yang sangat berbeda dibandingkan dengan anak yang cepat bergaul maupun sebaliknya.

Temperamen  juga merupakan salah satu karakteristik anak yang dapat mempengaruhi kepribadian anak.  Dimana temperamen anak secara tidak langsung berpegaruh pada perkembangan sosial emosinal anak, seperti pribadi yang introvert, tidak percaya diri, mudah tersinggung serta mudah depresi (Damon & Eisenberg, 2006). Dengan imbas tersebut maka definisi dari temperamen merupakan komponen dari kepribadian seseorang yang bersifat pembawaan dari ia sejak dilahirkan.

Di balik definisi tersebut, terdapat karakteristik yang sangat luar biasa mengenai temperamen, diantaranya sebagai berikut :

  • Berdasarkan Tingkat aktivitas.

Pada karakteristik ini, anak-anak yang sangat aktif mungkin kesulitan ketika harus duduk selama berjam-jam di sekolah. Namun, energi lebih yang mereka miliki dapat menjadi manfaat jika diarahkan ke hal-hal yang positif dan sebaliknya. Misalnya, Dina merupakan anak yang hiperaktif apabila belajar ia harus menggunakan gaya belajar kinestetik atau banyak gerak.

  • Sensitifitas

Anak-anak yang sangat sensitif mungkin mudah terganggu oleh lingkungannya seperti oleh kebisingan, suara- suara yang membuat anak tidak nyaman dan sebagainya. Adapun pengaruh dari karakteristik ini yaitu memiliki kesadaran terhadap pikiran dan perasaan orang lain, namun kurang sensitif terhadap suasana lingkungannya.

  • Keterbukaan

Karakteristik ini merupakan reaksi awal anak ketika menghadapi pengalaman baru. Sebaliknya ada pula anak yang lebih hati-hati dan kurang berani untuk mencapai sesuatu yang baru. Misalnya, anak yang terbuka kepada orangtuanya tentang bagaimana dia sekolah, maka anak tersebut akan bercerita tentang apa saja yang terjadi pada dirinya di sekolah tersebut.

  • Kemampuan beradaptasi

Karakteristik ini biasanya menunjukkan seberapa lama anak dalam menerima perubahan-perubahan yang dilakukan oleh sekolah maupun lingkungan sekitarnya. Pengaruh dari karakteristik ini yaitu apabila anak beradaptasi dengan baik dan diterima oleh orang di lingkungannya, maka anak akan terasa nyaman di linkungan tersebut. Apabila anak tersebut tidak diterima oleh orang maupun lingkungan disekitarnya, maka anak akan merasa tidak nyaman dan merasa dirinya dikucilkan oleh orang lain.

  • Suasana hati

Pengaruh dari suasana hati dalam kepribadian anak yang baik (mood baik) maka anak tersebut mudah diterima orang lain. Begitupun sebaliknya, jika anak sedang berada pada suasana hati yang kurang baik, bisa jadi anak tidak mudah diterima oleh orang di sekitarnya.

Berdasarkan karakteristik diatas, anak bisa dibagi ke dalam klasifikasi tiga tipe temperamen, antara lain:

  • Mudah atau fleksibel

Dimana tipe model fleksibel ini biasanya anak-anak cenderung ceria teratur dalam kebiasaan tidur serta bisa beradaptasi secara tenang dan tidak lekas marah.

  • Aktivator atau rewel

Tipe aktif atau rewel biasanya mengakibatkan anak tidak teratur dalam hal kebiasaan makan tidur takut terhadap orang-orang atau situasi baru untuk marah oleh kebisingan

  • Pemalu dan berhati-hati

Tipe ini berpengaruh pada anak yang mungkin kurang aktif atau cenderung serta bereaksi negatif ketika menemui situasi-situasi yang baru tetapi seiring dengan berjalannya waktu mereka mungkin menjadi lebih positif.

Selain faktor temperamen yang sudah dijelaskan diatas, perkembangan sosial emosi juga dipengaruhi oleh emosi. Lalu Apa sih emosi itu ?

Emosi

Emosi adalah respon yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulus yang orang lain berikan. Namun, banyak orang menganggap bahwa emosi merupakan ekspresi marah. Sebenarnya, emosi merupakan perasaan yang ditujukan kepada seseorang terhadap situasi tertentu dimana emosi dapat berupa emosi positif dan emosi negatif. Misalnya senang, sedih, bahagia, kecewa, cinta dan takut.

Emosi juga dapat diartikan sebagai pondasi utama yang melandasi kelahiran dan perkembangan kekuatan mental seorang anak emosi sendiri merupakan perasaan yang sangat berpengaruh besar dalam perkembangan dan kehidupan manusia dan memiliki kaitannya dengan temperamen.

Adapun jenis dan karakteristik emosi terdapat ciri-cirinya yakni lebih bersifat subjektif daripada peristiwa psikologinya, seperti mengamati dan berpikir, bersifat fluktuatif (tidak tetap kadang merasa marah sedih senang),  banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indra.

Penjelasan diatas, dapat kita ketahui bahwa tipe- tipe kepribadian anak yang sangat banyak dan beraneka ragam, menjadikan anjuran kepada orangtua untuk tidak menuntut anak masuk ke dalam tipe- tipe tersebut. Sehingga para orangtua harus mengetahui beberapa fakta mengenai emosi dan temperamen pada anak.

Oleh karena itu, dapat kita lihat dari pengaruh besar antara temperamen dan emosi pada anak, seperti  kepribadian anak yang mempengaruhi perkembangan karakter. Selain itu, interaksi ibu-anak yang baik dapat membantu anak hingga dewasa agar memiliki kecerdasan emosi yang baik.

*Mahasiswa PIAUD UIN Malang Angkatan 2021

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *