Upaya Mengembangkan Sosial Emosional Bahagia Pada Anak Usia Dini Melalui Model Permainan Kolaboratif

Kolom Mahasiswa

Oleh : M. Nanang Baha’udin*

Kecerdasan anak yang perlu dikembangkan di antaranya kecerdasan interpersonal adalah kecerdasan untuk memahami hal-hal yang terjadi pada dirinya. Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan anak untuk mengungkapkan perasaan atau isi hati.

Perkembangan sosial emosional yaitu perkembangan tingkah laku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang berlaku dimasyarakat tempat anak berada (Yusuf, 2004). Selanjutnya (Sanan, 2013) berpendapat perkembangan sosial emosional meliputi perubahan pada relasi individu dengan orang lain, perubahan emosinya, perubahan kepribadiannya. ”Artinya dalam perkembangan seorang anak dalam kehidupannya akan mengalami perubahan sosial emosionalnya sesuai dengan tingkat kematangannya dalam hal hubungannya dengan orang lain, teman sebaya, atau orang tuanya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perkembangan sosial emosional pada anak usia dini, yakni anak memiliki kemampuan mengelola emosi positif dalam bersosialisasi atau dalam mengadakan interaksi sosial.

(Ananda, 2018) menjelaskan bahwasanya anak yang memiliki perkembangan sosial emosional yang memadai diyakini akan mampu mendinamisir lingkungan belajar dan membangun iklim yang kondusif, sehingga menimbulkan semangat dan motivasi belajar. Untuk itu, perkembangan sosial emosional merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh setiap anak guna menjalin hubungan yang baik dan harmonis dengan guru dan sesama anak di kelas sehingga tujuan pembelajaran di kelas dapat tercapai. Oleh karena itu guru dan orang tua juga harus mempunyai metode-metode bermain yang menarik. Sehingga dapat membawa ketertarikan pada anak untuk bermain, maka jika anak sudah tertarik dalam permainan itu secara sengaja maupun atau tidak disengaja proses perkembangan sosial emosional pada anak sudah berjalan.

“Belajar kooperatif/kolaboratif adalah kegiatan yang berlangsung di lingkungan belajar siswa dalam kelompok kecil yang saling berbagi ide dan bekerja secara kolaboratif untuk memecahkan masalah-masalah yang ada dalam tugas mereka”.

Mulyasa, (2012) menjelaskan Kecerdasan anak yang perlu dikembangkan di antaranya kecerdasan interpersonal adalah kecerdasan untuk memahami hal-hal yang terjadi pada dirinya. Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan anak untuk mengungkapkan perasaan atau isi hati. Maka jika anak sudah bisa berkomunikasi asertif terhadap guru maupun orang tua, maka anak juga mudah untuk dikembangkan sosial emosionalnya oleh orang tua tau guru seperti anak dapat bekerja sama mengerjakan tugas, saling menolong menyelesaikan tugas, dan bertanggung jawab membereskan alat-alat permainan yang digunakan dalam belajar. Oleh karena itu guru dan orang tua harus bisa mengembangkan dengan baik kecerdasan interpersonal yang ada pada diri anak, dan juga supaya sosial emosional anak dapat berkembang dengan optimal juga. Proses sosial emosional sangat diperlukan dalam belajar satu tim atau belajar kelompok karena anak berhubungan dengan teman sebaya sehingga anak harus dapat mengontrol emosinya agar tercipta iklim kondusif dalam belajar.

Adapun metode-metode dalam permainan kolaboratif yaitu dengan bentuk pemberian tugas kelompok merupakan suatu metode mengajar dengan pembelajaran kelompok atau cooperatif learning untuk dapat meningkatkan belajar anak lebih baik dan meningkatkan sikap tolong menolong dalam perilaku sosial emosional. Djayadisastra (Isjoni, 2013) mengemukakan bahwa permainan kolaboratif berupa pemberian tugas kelompok merupakan metode pemberian tugas dengan metode belajar kelompok atau lazim disebut dengan metode gotong royong, yaitu suatu metode di mana anak disusun dalam kelompok- kelompok pada waktu mengerjakan tugas.

Davidson dan Kroll (Ananda, 2017b) mendefinisikan “Belajar kooperatif/kolaboratif adalah kegiatan yang berlangsung di lingkungan belajar siswa dalam kelompok kecil yang saling berbagi ide dan bekerja secara kolaboratif untuk memecahkan masalah-masalah yang ada dalam tugas mereka”. Semakin banyak kesempatan yang anak miliki untuk melakukan suatu hal bersama-sama, semakin cepat anak belajar melakukannya dengan cara bekerja sama (Fauziddin, 2016). Dengan demikian permainan kolaboratif merupakan metode mengajar dengan cara guru memberikan tugas kepada anak secara berkelompok tertentu agar anak bekerja sama atau secara kolaboratif dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran.

Adapun untuk media pembelajaran yaitu berupa kertas-kertas yang akan dijadikan anak sebagai pola untuk disusun ke dalam kotak puzzle diganti karena kertas pada siklus I terlalu tipis sehingga menyulitkan anak dalam menggunting dan menemple gambar secara berkelompok, Guru menyediakan spase (jarak) yang lebih luas kepada setiap kelompok untuk bekerjasama karena pada siklus I terjadi kendala dalam interaksi kelompok karena jarakn antar kelompok yang terlalu dekat. Adapun terjadinya peningkatan perkembangan sosial emosional anak melalui permainan kolaboratif bisa dilihat sebagai berikut: Peningkatan perkembangan sosial emosional anak dari pratindakan ke siklus I terjadi karena guru sudah memfasilitasi anak didik dengan permainan yang memungkinkan mereka bekerja dalam tim secara kolaboratif seperti menggunting dan menempel gambar pada pola gambar yang sudah disediakan.

*Mahasiswa PIAUD Uin Maulana Malik Ibrahim Malang angkatan 2022

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *